Menaker Ingatkan Pemimpin: Punya Jabatan Saja Tak Cukup, Ubah Otak Jadi Mesin Tumbuh!
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com – Di tengah ketidakpastian zaman dan disrupsi teknologi yang tak kunjung reda, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli melontarkan peringatan tajam: hanya pemimpin yang punya growth mindset yang akan bertahan!
Dalam pernyataan resmi yang dirilis di Jakarta, Rabu (4/6), Yassierli menegaskan bahwa seorang pemimpin visioner wajib memiliki pola pikir bertumbuh (growth mindset) dan berorientasi pada masa depan (future mindset). Bukan sekadar pintar, tapi harus mau terus belajar, tahan kritik, dan tak gentar gagal.
“Growth mindset adalah karakter yang bisa dikembangkan. Pemimpin harus siap belajar, menerima tantangan, dan tidak takut kritik,” tegas Menaker.
Growth mindset, menurutnya, adalah kunci pembeda antara pemimpin tangguh dan pemimpin yang hanya numpang jabatan. Ini adalah pola pikir yang percaya bahwa kecerdasan bukan bawaan lahir, tapi hasil kerja keras, ketekunan, dan kemauan belajar seumur hidup.
Sebaliknya, Yassierli memperingatkan bahaya dari fixed mindset—pola pikir statis yang hanya ingin terlihat pintar, menghindari tantangan, dan tidak tahan kritik. Karakter ini, katanya, hanya akan membawa organisasi ke arah stagnasi.
“Fixed mindset justru menghambat. Karena orangnya hanya fokus pada citra, bukan kemajuan,” ujarnya tegas.
Lebih lanjut, Menaker membeberkan bahwa berdasarkan temuan dari kalangan eksekutif senior, pemimpin dengan growth mindset telah terbukti mengangkat performa organisasi secara signifikan.
-
Pendapatan perusahaan naik hingga 80 persen
-
Keberhasilan bisnis melonjak 89 persen
-
Keberhasilan organisasi meningkat 88 persen
Data ini bukan sekadar teori, tapi realita di lapangan yang menunjukkan bahwa transformasi mentalitas pemimpin adalah bahan bakar utama kemajuan perusahaan, lembaga, bahkan negara.
Yassierli menambahkan, dalam dunia kerja yang terus bergerak cepat, pemimpin masa depan bukan lagi sekadar manajer sumber daya manusia, tapi harus menjadi arsitek perubahan. Untuk itu, dibutuhkan juga future mindset—kemampuan berpikir jauh ke depan, membaca tren, dan berani mengambil keputusan berbasis proyeksi, bukan sekadar reaksi.
“Pemimpin harus bisa mengantisipasi, bukan hanya merespons. Yang tidak siap berubah, akan tergilas waktu,” ujarnya lugas.
Kesimpulan: jabatan bukan jaminan sukses. Di era ini, hanya pemimpin yang mau terus tumbuh, terbuka pada pembelajaran, dan punya keberanian berpikir ke depan yang akan jadi pemain utama. Sisanya? Hanya akan jadi catatan kaki dalam sejarah organisasi. (ant/nsp)
Load more