Prabowo Tancap Gas Reformasi ASN: Siap Ditempatkan di Mana Saja, atau di Rumah Saja!
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Prabowo Subianto kembali menegaskan garis kerasnya terhadap pembenahan aparatur sipil negara (ASN), dalam wawancara eksklusif yang ditayangkan Senin, 7 April 2025.
Dengan gaya tegas dan tanpa kompromi, Prabowo menyatakan bahwa birokrasi tidak boleh menjadi beban pembangunan. ASN harus siap bekerja di mana pun, atau lebih baik tidak bekerja sama sekali.
“ASN-nya harus benar. Seleksinya harus akademis, intelektual, fisik. Dan dia harus bersedia ditempatkan di mana saja. Jangan hanya mau yang dekat rumah,” tegas Prabowo.
Demokrasi Membengkak, ASN Jadi Komoditas Politik
Presiden menyebutkan secara blak-blakan bahwa salah satu penyakit dari sistem demokrasi Indonesia adalah kewajiban balas budi pasca-pemilu. Kepala daerah merasa perlu membalas dukungan politik dengan mengusulkan nama-nama tim sukses mereka menjadi ASN.
“Semua ingin jadi ASN, semua ingin jadi pejabat. Ini menciptakan bloated democracy,” ujar Presiden.
“Tapi ini sudah jadi undang-undang. Saya harus laksanakan. Iya, kan?”
Namun, Prabowo menegaskan bahwa pelaksanaan rekrutmen ASN ke depan akan disaring secara ketat. Tak hanya kemampuan akademis, tapi juga kesiapan mental dan mobilitas.
ASN Wajib Tanda Tangan Komitmen Penempatan
Dalam kebijakan barunya, Presiden meminta agar setiap ASN yang lolos seleksi diwajibkan menandatangani surat komitmen: siap ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia, tanpa kecuali.
“Saya minta ASN harus tanda tangan, bersedia ditempatkan di mana saja,” kata Prabowo.
Kebijakan ini muncul setelah Presiden menyoroti fenomena umum di lapangan, di mana banyak ASN hanya bersedia bekerja di kecamatan tertentu, dekat rumah, atau dalam wilayah politik yang sama dengan pengusulnya.
“Kalau Tak Siap, Ya Di Rumah Saja”
Dalam gaya khasnya yang frontal, Prabowo tidak segan memberi pilihan keras kepada ASN yang tidak siap menjalankan tugas secara total.
“Kalau enggak siap, ya di rumah saja. Daripada merusak dari dalam kantor,” ujarnya lantang.
Presiden menegaskan bahwa ASN bukan sekadar status, tetapi tanggung jawab yang nyata dalam melayani rakyat. Pelayanan publik tidak boleh dilambatkan oleh ego personal atau kepentingan sempit.
Evaluasi Langsung, Eksekusi Tanpa Basa-Basi
Prabowo juga mencontohkan bagaimana dirinya memecat pejabat yang dinilai lamban dan tidak responsif terhadap kebutuhan rakyat. Ia memantau langsung kinerja ASN di berbagai sektor, termasuk ketahanan pangan dan distribusi logistik.
“Petani panen, tapi ASN nunggu di kantor. Saya copot pejabatnya. Tiga sampai lima kali kejadian, saya ganti semua,” ungkapnya.
Baginya, ASN adalah garda terdepan pelayanan negara. Jika tidak bergerak cepat, maka akan diganti. Jika tidak loyal pada rakyat, maka akan disingkirkan.
Menuju ASN Profesional dan Nasionalis
Langkah Prabowo ini sejalan dengan visinya menjadikan birokrasi sebagai mesin pembangunan, bukan sekadar mesin administratif. ASN ke depan akan dituntut tidak hanya kompeten, tapi juga memiliki semangat nasionalisme dan pengabdian.
“Kita butuh ASN yang militan, bukan yang manja. Harus siap kerja keras, bukan hanya cari jabatan,” tegasnya.
Kesimpulan
Reformasi ASN ala Presiden Prabowo Subianto bukan sekadar kosmetik. Ia ingin membangun birokrasi yang ramping, cepat, profesional, dan bersih dari kepentingan politik jangka pendek. Dengan menekan ego sektoral dan mengangkat semangat pengabdian, Prabowo mendorong paradigma baru: ASN adalah pejuang pelayanan, bukan penerima fasilitas.
“Are you with me or not with me?” tanya Prabowo, mengakhiri dengan tantangan terbuka bagi para abdi negara. Sebab dalam era Prabowo, menjadi ASN tak lagi cukup hanya lulus tes—harus siap kerja, siap ditempatkan, dan siap digas. (nsp)
Load more