IHSG Tertekan: Perang Dagang Trump dan Defisit APBN Jadi Biang Kerok
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (14/3/2025) dibuka melemah tajam sebesar 81,10 poin atau 1,22 persen ke posisi 6.566,32.
Sementara itu, indeks LQ45 yang mencakup 45 saham unggulan turun 4,14 poin atau 0,56 persen ke posisi 734,11. Pelemahan ini dipicu oleh kombinasi sentimen negatif dari dalam dan luar negeri yang menekan kinerja pasar saham domestik.
Pelemahan IHSG tidak lepas dari tekanan kondisi fiskal dalam negeri. Dalam konferensi pers APBN edisi Februari 2025 pada Kamis (13/3/2025), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa realisasi APBN hingga akhir Februari 2025 mencatat defisit sebesar Rp31,2 triliun atau setara 0,13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit ini mencerminkan ketergantungan Indonesia terhadap harga komoditas yang sebelumnya menopang surplus APBN selama tiga tahun berturut-turut. Kondisi ini memperlihatkan adanya pelemahan dalam penerimaan negara, yang berimbas pada kinerja ekonomi nasional dan kepercayaan investor di pasar saham.
"Pasar bereaksi negatif terhadap kondisi fiskal yang memburuk karena defisit ini menunjukkan ketidakpastian dalam pengelolaan anggaran negara," ujar Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam laporannya.
Perang Dagang Trump Memanaskan Ketegangan Global
Dari sisi eksternal, ketegangan perdagangan global kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif baru pada baja dan aluminium dari Uni Eropa. Sebagai balasan, Uni Eropa mengenakan pajak sebesar 50 persen terhadap ekspor wiski dari AS.
Tidak berhenti di situ, Trump merespons kebijakan Uni Eropa dengan mengancam akan memberlakukan tarif 200 persen pada impor anggur dan minuman beralkohol dari Eropa melalui platform Truth Social.
Ketegangan ini segera berdampak pada bursa saham Eropa dan AS. Pada penutupan perdagangan Kamis (13/3/2025), indeks STOXX 600 pan-Eropa terkoreksi 0,15 persen atau 0,81 poin ke 540,44. Indeks DAX Jerman melemah 0,48 persen ke 22.567,14, dan CAC Prancis turun 0,64 persen ke 7.938,21. Sementara itu, FTSE 100 Inggris mencatat kenaikan tipis 0,02 persen ke 8.542,56.
Bursa saham Wall Street juga mengalami tekanan signifikan. Indeks Dow Jones ditutup melemah 537,36 poin atau 1,30 persen ke level 40.813,57. S&P 500 turun 77,78 poin atau 1,39 persen menjadi 5.521,52, sementara Nasdaq Composite mencatat penurunan terdalam sebesar 1,96 persen ke posisi 17.303,01.
"Perang tarif ini berpotensi meningkatkan inflasi dan memperlambat pemulihan ekonomi global," ujar analis ekonomi dari Morgan Stanley.
Reaksi Bursa Regional Asia
Pelemahan pasar saham global juga berimbas pada bursa saham di kawasan Asia. Indeks Nikkei di Jepang masih mencatat penguatan sebesar 134,67 poin atau 0,37 persen ke 36.924,70. Indeks Shanghai di Tiongkok menguat 1,19 persen ke 3.398,56.
Namun, bursa saham di Asia Tenggara mengalami tekanan. Indeks Kuala Lumpur melemah 5,48 poin atau 0,36 persen ke 1.504,55, dan indeks Straits Times Singapura turun 7,19 poin atau 0,10 persen ke 3.830,84.
Tekanan Ganda untuk IHSG
IHSG menghadapi tekanan dari dua sisi utama: ketidakpastian fiskal dalam negeri akibat defisit APBN dan ketegangan perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan Trump. Kondisi ini membuat investor cenderung mengambil sikap defensif dan memilih untuk melakukan aksi jual, sehingga memperbesar potensi pelemahan lanjutan.
"Kami memperkirakan IHSG masih berpotensi melemah dalam beberapa waktu ke depan karena tekanan eksternal dan domestik belum mereda," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas.
Prospek Pasar ke Depan
Analis memperkirakan bahwa IHSG baru bisa bangkit jika terdapat kepastian dalam pengelolaan fiskal dan ketegangan perdagangan global mulai mereda. Katalis positif yang dapat mendorong pemulihan IHSG di antaranya adalah perbaikan penerimaan negara, stabilitas harga komoditas, dan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari Bank Indonesia.
"Investor disarankan untuk tetap selektif dalam memilih saham dan memperhatikan perkembangan global serta kebijakan fiskal pemerintah," tambah Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas.
Dengan tekanan yang terjadi saat ini, pasar saham Indonesia menghadapi ujian berat di tengah ketidakpastian global dan tantangan ekonomi domestik. IHSG berpotensi terus berfluktuasi dalam rentang terbatas hingga ada kepastian kebijakan dari pemerintah dan perkembangan positif dalam perang dagang AS-Uni Eropa. (nsp)
Load more