Yogyakarta, tvOnenews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat, DIY mengalami inflasi sebesar 0,25 persen pada November 2024. Angka ini diklaim lebih tinggi dibandingkan Oktober 2024 atau secara month to month (m-to-m).
Data tersebut berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh BPS DIY, Senin (2/12/2024).
"Pada November 2024, inflasi DIY 0,25 persen lebih tinggi ketimbang Oktober 2024 yang mencapai 0,09 persen," kata Herum Fajarwati, Kepala BPS DIY.
Secara bulanan, penyumbang utama inflasi yang terjadi di DIY adalah kelompok pengeluaran makanan, minum dan tembakau dengan andil 0,16 persen (m-to-m).
Berdasarkan komoditasnya, inflasi DIY disumbang oleh komoditas bawang merah sebesar 0,07 persen, tomat 0,06 persen, emas perhiasan 0,04 persen, minyak goreng 0,03 persen dan daging ayam ras 0,02 persen.
Inflasi lebih tinggi tertahan oleh beberapa komoditas pangan terutama hortikultura. Ditinjau menurut komoditasnya, harga cabai rawit mengalami penurunan dengan andil deflasi mencapai -0,03 persen sejalan dengan permintaan cenderung stabil di tengah pasokan yang relatif terjaga.
Juga sejalan dengan masih berlangsungnya panen di sejumlah daerah sentra pemasok. Lebih lanjut, komoditas lainnya seperti sawi hijau, kentang, kangkung dan wortel mengalami deflasi dengan andil -0,01 persen.
Sementara, perkembangan inflasi DIY secara year on year (y-on-y) sebesar 1,14 persen.
"Secara y-on-y meski terjadi inflasi sebesar 1,14 persen, angkanya terendah sepanjang 2024. Kalau dilihat dari awal 2024 terjadi inflasi sebesar 2,60 persen, cenderung mengalami fluktuasi. Namun sejak Agustus hingga November cenderung turun," ungkap Herum.
Terpisah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Ibrahim menuturkan Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY terus berkomitmen menjaga stabilitas harga.
Upaya tersebut didukung oleh TPID DIY dalam kerangka keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunitas efektif melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Daerah (GNPIP) DIY 2024 di antaranya pelaksanaan operasi pasar murah yang diperkuat dengan optimalisasi kios Segoro Amarto.
Keberadaan kios ini sebagai price reference store untuk menjaga daya beli, kampanye belanja bijak, penguatan kerjasama antar daerah baik antar provinsi maupun intra provinsi, implementasi masyarakat lan pedagang tanggap inflasi (MRANTASI) dalam rangka meningkatkan literasi pedagang pasar dan masyarakat, pengembangan Geographic Information System (GIS) sebagai geoportal dalam optimalisasi monitoring produksi dan penggunaan lahan yang juga menjadi bentuk nyata digitalisasi data pangan sebagai early warning system dalam pengendalian inflasi DIY.
"Juga inisiasi Gerakan Membeli Sayuran Petani (GEMATI) oleh Kabupaten Sleman untuk menyerap produksi sayuran yang melimpah," imbuhnya. (scp/buz)
Load more