Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera Wilayah VII (BWSS VII) Adi Umar Dani, saat dikonfirmasi menjelaskan, pihaknya terus berupaya mengoptimalisasi fungsi Bendung Air Manjunto di Kabupaten Mukomuko.
Masih banyak kebutuhan saluran tersier dikarenakan dari 9.493 Ha luas potensial sawah, masih 4.498 Ha yang sudah fungsional (terlayani dengan saluran tersier) sementara, sisanya 4.995 Ha belum terlayani irigasi dari Bendung Air Manjuto.
Di lain sisi, kebutuhan air di tingkat petani untuk lahan sawah tadah hujan, lahan tidur dan lahan eks sawit yang sudah dicetak sawahnya sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktifitas hasil pangan.
Ia juga mengatakan saat ini, sudah ada pengolahan gabah skala industri yang tadinya gabah di Mukomuko seringkali dibeli oleh tengkulak dari Padang dan Lampung yang menyebabkan anjloknya harga gabah.
Namun dengan keterbatasan saluran tersier untuk dalam rangka meningkatkan produktifitas pangan, tidak berjalan beriring dengan perbaikan harga gabah.
Petani pemilik lahan banyak yang telah menunggu lahannya untuk diari sejak Bendung Air Manjuto dibangun tahun 1986, namun sampai sekarang belum mendapatkan air dikarekan keterbatasan saluran tersier (belum fungsional) padahal di tingkat sekunder sudah terbangun dengan baik.
"Petani juga sudah jenuh menunggu, sehingga beberapa petani “mengancam” untuk menanami lahannya dengan sawit. Namun di lain sisi, para petani menjamin apabila air masuk dengan saluran tersier mereka rela untuk menebang pohon sawitnya dan mengembalikan fungsi menjadi sawah," jelasnya.
Load more