Rata-rata pembeli berasal dari luar kota bahkan luar pulau.
“Kalau luar kota hampir semua daerah, kalau luar pulau paling banyak Palu, Papua, dan Manado. Di sana kan ada banyak gereja juga ya, mereka beli untuk dipakai sendiri, bukan dikulak lagi,” lanjutnya.
Bukan simbol kelinci saja yang diburu, Sujani mengatakan, para pelanggan kerap memburu pohon jeruk. Menurutnya, jeruk diyakini sebagai pengundang rezeki oleh masyarakat Tionghoa di Cina.
“Selain kelinci, yang masih ramai jeruk, karena keyakinannya di Cina kan setiap rumah selalu pakai pohon jeruk, dianggap membawa rejeki, setiap tahun selalu ada peminatnya. Lalu, untuk pasangannya kelinci ya lampion, itu yang paling utama, kemudian angpau juga paling diburu,” katanya.
Ia juga bersyukur karena tahun ini penjualannya mulai merangkak naik. Meskipun jika dihitung masih belum meroket atau seramai sebelum pandemi melanda.
“Sudah bagus, lumayan sudah ada peningkatan dibanding tahun sebelumnya, sekitar 50% sampai 60% lah,” tuturnya.
Hal senada disampaikan pengunjung Imlek di Pasar Atom Mal, Imelda. Menurutnya yang sengaja datang bersama keluarga dari Palu, Sulawesi Tengah, berburu beragam hiasan yang dijual di pasar pecinan tertua dan terbesar di Indonésia Timur tersebut.
Load more