ADVERTISEMENT
Jakarta, tvOnenews.com - Misteri kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan, hingga kini masih menyisakan tanda tanya besar.
Meski kepolisian menyebut tidak ada keterlibatan pihak lain dan menduga Arya meninggal karena bunuh diri, pihak keluarga justru melihat banyak kejanggalan yang belum terungkap.
Arya dikenal sebagai diplomat vokal yang sedang menangani isu sensitif hubungan luar negeri. Reputasinya sebagai pekerja keras, suportif, dan berprestasi membuat publik sulit percaya ia mengakhiri hidupnya sendiri.
Keluarga melalui kuasa hukum Dwi Libriyanto menyoroti sejumlah hal mencurigakan.
Sehari sebelum kematiannya, Arya tercatat bertemu dengan dua rekannya, berinisial F dan D, di sebuah pusat perbelanjaan.
Dalam komunikasi dengan sang istri, Arya hanya menyebut pergi sendirian untuk belanja, namun rekaman CCTV justru memperlihatkan dirinya bersama kedua rekan kerjanya.
Keluarga juga menyebut Arya menunjukkan gelagat cemas saat berada di taksi.
Ia sempat mengubah tujuan perjalanan beberapa kali, dari bandara, lalu ke kosan, hingga akhirnya ke kantor Kemenlu.
Tas kerja yang biasa dibawa pun ditinggalkan, menimbulkan dugaan bahwa ada dokumen penting yang hendak diamankan.
Selain itu, pesan terakhir sang istri yang berbunyi “semoga Pak Menteri atau Pak Dubes berpihak sama kamu” makin memunculkan pertanyaan terkait tekanan pekerjaan yang sedang dihadapi Arya.
Diplomat senior Dino Patti Djalal juga mengungkap keraguannya terhadap teori bunuh diri. Menurutnya, cara kematian Arya yang disebut dengan menggunakan lakban di wajah tidak masuk akal.
Dino menambahkan, seorang diplomat dengan karier positif, kehidupan sosial aktif, dan sedang bersiap berangkat tugas ke luar negeri kecil kemungkinan melakukan bunuh diri.
Ia menilai kematian Arya lebih masuk akal bila dikaitkan dengan dugaan pembunuhan terencana.
Kriminolog Universitas Indonesia, Hanivah Hasna, juga menekankan pentingnya kajian psikososial.
Menurutnya, keputusan bunuh diri biasanya melalui proses panjang, bukan tiba-tiba, apalagi pada sosok dengan kondisi finansial, sosial, dan mental yang relatif baik.
Dengan banyaknya kejanggalan, keluarga Arya mendesak kepolisian membuka kembali penyelidikan.
Mereka meminta agar dua rekan kerja terakhir yang bertemu Arya diperiksa lebih mendalam.
Kepolisian sendiri menyatakan akan mendalami informasi baru yang disampaikan keluarga sebagai bagian dari kelengkapan penyelidikan.