Semarang, tvOnenews.com - Fakultas Kedokteran Universitas diponegoro (UNDIP) Semarang dan juga RSUP Dr Kariadi Semarang meminta maaf dan mengakui adanya praktik bullying atau perundungan dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Dalam hal ini, konteks perundungan adalah iuran puluhan juta bagi mahasiswa setiap bulannya pada semester pertama.
Hal ini dikemukakan menyusul kasus meninggalnya Dokter aulia Risma Lestari, seorang dokter yang juga mahasiswi PPDS anestesi Universitas Diponegoro di RSUP Kariadi Semarang.
“Kami menyadari sepenuhnya. kami menyampaikan dan kami mengakui bahwa di dalam sistem pendidikan dokter spesialis di internal kami terjadi praktik-praktik atau kasus-kasus perundungan. Dalam berbagai bentuk, dalam berbagai derajat, dalam berbagai hal,” ungkap Yan Wisnu Prajoko, Dekan FK UNDIP.
“Dengan demikian, kami memohon maaf kepada masyarakat, terutama kepada Kementerian Kesehatan, kepada Kemendikbud Ristek dan kepada Komisi IX DPR RI Komisi X DPR RI. Kami memohon maaf bila masih ada kekurangan kami di dalam kami menjalankan proses pendidikan, khususnya kedokteran spesialis,” tambahnya.
Pihak Universitas Diponegoro (UNDIP) mengakui, praktik perundungan terjadi dalam konteks iuran puluhan juta untuk mahasiswa PPDS setiap bulannya selama semester pertama pendidikan.
Iuran digunakan untuk mencukupi kebutuhan operasional non akademik seperti makan, kos dan sewa mobil.
Sementara itu, hingga saat ini pihak kepolisian masih menyelidiki motif dibalik kematian dokter Aulia Risma Lestari dengan memeriksa total lebih dari 17 orang saksi. (awy)