Padahal Belajar Langsung dari Indonesia, Kok Bisa Sepakbola Jepang Jauh Lebih Maju? Ini Alasannya Menurut Mantan Pelatih Timnas Indonesia...
- Kolase tvOnenews.com/PSSI/ANTARA/AFP/INA FASSBENDER / Timnas Indonesia
tvOnenews.com - Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Jepang pada laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Kekalahan skuad Garuda asuhan Patrick Kluivert ini mengingatkan kembali publik atas perkataan mantan pelatih Timnas Indonesia beberapa tahun lalu soal Jepang.
Tim Samurai Biru yang terbilang baru liganya itu belajar langsung dari Indonesia, tapi kok bisa mereka bisa jauh lebih cepat maju dan berkembang sepakbolanya? ada salah satu faktor kuat yang diungkap oleh pelatih tersukses timnas Indonesia ini.
Di samping itu, menerima kekalahan pahit pada laga pamungkas grup C, timnas Indonesia tetap pulang dengan kepala tegak karena menorehkan prestasi yang tak pernah oleh negara ASEAN manapun sebelumnya.
Garuda mencatat sejarah sebagai negara Asia Tenggara pertama yang lolos ke ronde empat kualifikasi Piala Dunia. Thailand dan Vietnam sebelumnya hanya mampu bertahan hingga ronde ketiga.
Indonesia juga bisa disematkan sebagai 'King of ASEAN' setelah mencatatkan rekor poin tertinggi tim ASEAN di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia.
Tim merah putih mengoleksi 12 poin dari 10 pertandingan, sementara Vietnam (2022) 4 poin, dan Thailand (2018) 2 poin.
- AFC
Tak hanya itu, di bawah asuhan Patrick Kluivert juga Indonesia akhirnya dapat mengakhiri puasa kemenangan atas China selama 38 tahun.
Sementara itu, jauh sebelum kalah telak dari Jepang, Indra Sjafri berbicara blak-blakan soal penyebab mengapa sepak bola Indonesia sangat sulit maju.
Adapun jika dibandingkan dengan negara Jepang yang baru berkompetisi resmi pada tahun 1992.
Jepang yang terbilang terlambat dalam proses mengenal sepak bola, tetapi kini berkembang sangat pesat dengan performa tim nasionalnya dan para pemain yang melanglang buana ke Eropa.
Bahkan, pemain Jepang sudah menjadi pemain bintang di klub-klub besar Eropa, sebut saja Takefusa Kubo, mantan pemain Real Madrid yang menjadi pemain utama di Real Sociedad, Takumi Minamino (Monaco), Junya Itu (Stade Reims), Kaoru Mitoma (Brighton) Daizen Maeda (Celtic), hingga juara Liga Inggris bersama Liverpool yakni Wataru Endo.
Di awal pendiriannya, Jepang sempat belajar pengelolaan sepak bola ke Indonesia, tepatnya di era Galatama.
Salah seorang pemain Indonesia yakni Ricky Yacobi bahkan sempat direkrut tim Jepang bernama Matsushita Electric FC atau yang sekarang dikenal dengan nama Gamba Osaka.
Kemudian tak butuh lama bagi Jepang untuk ikut pertama kali ajang Piala Dunia tahun 1998, dan sejak saat itu Jepang tak pernah absen di tiap edisi Piala Dunia setelahnya.
- tvOnenews.com/Julio Trisaputra - Istimewa
Jepang kini menempati peringkat 15 FIFA, banyak dari pemain tim negeri sakura itu memiliki karier yang mentereng di klub-klub ternama Eropa.
Sementara Indonesia, saat ini masih bersaing di tingkat Asia Tenggara dan menempati peringkat 118 dunia dengan mengoleksi 1.154,55 poin
Tak hanya itu, pesepakbola Indonesia juga kesulitan untuk bisa berkarier di Eropa, kini hanya hitungan jari pemain Indonesia yang bermain di klub-klub Eropa seperti Marselino Ferdinan.
Baru beberapa tahun terakhir sejak PSSI merekrut Shin Tae-yong, timnas garuda bisa berbicara banyak. Itu pun dengan bantuan pemain diaspora yang lahir dan besar di benua biru.
Kemudian, ditambah kini skuad Timnas Indonesia dilatih oleh Patrick Kluivert, tambah meyakinkan beberapa pemain keturunan Belanda-Indonesia untuk menjalani naturalisasi guna membela Garuda di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Lantas apakah yang menyebabkan sepak bola Indonesia tertinggal dari Jepang? Indra Sjafri menjelaskan salah satu faktor yang cukup penting dan sangat jomplang.
“Bisa dibayangkan, pelatih kita hanya 7.000 orang. Sementara Jepang punya 80.000,” kata Indra Sjafri dilansir dari tayangan Youtube R66 Media.
Padahal secara jumlah penduduk, luas wilayah, dan kecintaan pada sepak bola, Jepang secara angka jauh lebih sedikit dari Indonesia.
"Dan sepak bola itu (olahraga) nomor satu di Jepang kan belum tentu. Itu yang mereka lakukan memperbanyak jumlah pelatih," ungkap Indra Sjafri.
Pelatih yang memegang sertifikasi A Pro di Indonesia juga baru 21 orang.
“Ini baru saya bikin lagi yang gelombang kedua 20 orang. Jepang sudah hampir 2000 orang,” ujar Indra.
Semakin banyak jumlah pelatih diharap mampu menangani tingginya minat anak-anak Indonesia menjadi pesepakbola.
Pelatih bertangan dingin Indra Sjafri, yang juga sebagai pelatih timnas Indonesia di kelompok umur ini pernah meraih prestasi yakni memenangkan Timnas Indonesia pada ajang SEA Games 2023 lalu.
Kehadiran medali emas SEA Games ini memenuhi ekspektasi publik atas penantian panjang untuk meraih medali emas kembali sejak SEA Games 1991.
Perlu diketahui, prestasi Indra Sjafri menangani Timnas Indonesia diantaranya Juara AFF U-19 tahun 2013, Juara AFF U-22 tahun 2019, dan juara SEA Games 2023 Kamboja.
Load more