7 Sumber Kekacauan Manchester United di Era Ruben Amorim
- REUTERS/Peter Powell
Jakarta, tvOnenews.com - Skuad Manchester United asuhan Ruben Amorim seharusnya memiliki keuntungan besar karena tidak bermain di kompetisi Eropa musim ini.
Dengan jadwal yang lebih ringan, Setan Merah punya waktu lebih banyak untuk berlatih dan memulihkan kondisi.
Namun, berkah yang didapat Manchester United justru berubah menjadi kerugian. Mereka tampil di bawah standar, hingga terpuruk ke papan bawah klasemen Liga Inggriis.
Berdasarkan analisis tvOnenews.com, setidaknya ada tujuh masalah besar yang membuat Manchester United tetap terpuruk di bawah asuhan Ruben Amorim.
1. Jeda Panjang Jadi Bumerang
Dengan jarak enam hingga tujuh hari antar-pertandingan, suasana negatif di dalam tim bertahan lebih lama. Tidak adanya laga Piala Liga di tengah pekan membuat pemain kehilangan momentum untuk memulihkan kepercayaan diri.
Kasus serupa pernah terjadi pada Ole Gunnar Solskjaer. Setelah kalah 0-5 dari Liverpool empat tahun lalu, Ole langsung berada dalam tekanan besar karena tidak ada pertandingan tengah pekan yang bisa memperbaiki situasi. Alhasil Solskjaer bertahan selama empat minggu penuh tekanan sebelum akhirnya dipecat.
2. Krisis Performa
Musim ini Manchester United hanya meraih satu kemenangan dari lima laga pertama, sama seperti musim 2014-2015 ketika mereka juga tidak tampil di kompetisi Eropa.
Kala itu, MU gagal memanfaatkan jadwal yang lebih ringan dan hanya finish di posisi empat besar dengan satu kemenangan dalam enam laga terakhir.
3. Ruben Amorim Terlalu Kaku
Amorim bersikeras menggunakan formasi 3-4-2-1 meski hasilnya belum memuaskan. Dalam empat pertandingan liga terakhir, sang pelatih sudah melakukan enam kali perubahan susunan pemain dan hanya sekali menurunkan starting XI yang sama.
- REUTERS/Phil Noble
Beberapa keputusannya juga menuai kritik. Sebut saja, misalnya menjadikan Altay Bayindir sebagai kiper utama kendati performanya belum meyakinkan.
Amorim juga memuji Luke Shaw sebagai pemain kelas dunia, padahal yang bersangkutan kerap mengalami cedera dan kini dipaksakan bermain sebagai bek tengah.
Kemudian keputusan Amorim mencadangkan Harry Maguire juga dipertanyakan. Padahal, sang pemain lebih berpengalaman tampil dalam posisi bek kiri di skema tiga pemain bertahan.
4. Masalah Serius Lini Tengah
Lini tengah MU menjadi titik lemah yang mudah dieksploitasi lawan. Manuel Ugarte dinilai terlalu naif untuk memegang peran sebagai gelandang bertahan utama.
Pelatih Fulham, Marco Silva, bahkan secara terbuka mengakui bahwa timnya memanfaatkan kelemahan MU ketika bek tengah mereka terlalu sering maju meninggalkan posisinya.
Jika Ugarte tidak segera berkembang, Amorim mungkin harus kembali mengandalkan Casemiro, meski sudah kehilangan performa terbaiknya karena usia.
Di sisi lain, eksperimen Amorim terhadap Bruno Fernandes juga menuai kontroversi karena tidak berdampak signifikan ke performa MU.
5. Sektor Sayap Tumpul
Manchester United juga memiliki masalah besar di sektor sayap. Diogo Dalot, Noussair Mazraoui, dan Patrick Dorgu dinilai kurang memberi kontribusi dalam serangan, terutama di area sepertiga akhir lapangan.
Ruben Amorim cenderung menyukai winger berkaki kidal di sisi kiri, sehingga Amad Diallo layak diberi kesempatan karena dinilai lebih matang dibanding Dorgu yang masih mentah.
6. Lini Depan Diragukan
Jika dalam kondisi fit, Bryan Mbeumo dan Matheus Cunha hampir pasti menjadi andalan sebagai dua playmaker.
Namun, yang menjadi perhatian adalah Benjamin Sesko, yang belum menunjukkan ketajaman.
Jika ia tidak segera mencetak gol dan tampil konsisten, posisinya bisa terancam sebelum jeda internasional Okxtober.
Amorim perlu memberinya menit bermain reguler agar Sesko bisa menemukan ritme permainan.
7. Ancaman dari Jeda Internasional
Mulai 2026, jeda internasional bulan Oktober akan dihapuskan, tetapi sebagai gantinya, jeda bulan September akan diperpanjang menjadi tiga pekan penuh.
Jika MU masih gagal lolos ke kompetisi Eropa hingga musim depan, tekanan terhadap Ruben Amorim dan skuadnya akan semakin besar. Bukan tidak mungkin jeda panjang tersebut justru memperburuk situasi, seperti yang terjadi pada Solskjaer dan Ten Hag sebelumnya.
Load more