Opini oleh: Guru Besar Kehutanan dan Lingkungan IPB University Profesor Bambang Hero Saharjo
Hutan Hujan Tropis Indonesia di Ujung Tanduk
Hutan hujan tropis Indonesia, yang mencakup 10% luas hutan dunia, adalah rumah bagi 12% spesies mamalia, 16% reptil, dan 17% burung di bumi. Namun, dalam dua dekade terakhir, lebih dari 24 juta hektar hutan Indonesia telah hilang akibat deforestasi (World Bank, 2022).
Angka ini setara dengan luas gabungan Inggris dan Belanda. Kebakaran hutan, alih fungsi lahan untuk sawit, dan ekspansi pertambangan adalah ancaman utama.
Pada 2023, Global Forest Watch mencatat Indonesia sebagai negara dengan kehilangan tutupan hutan tertinggi ketiga secara global, setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo.
Krisis ini bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga kegagalan sistemik dalam memadukan pendekatan ilmiah, hukum, dan nilai-nilai spiritual. “Kita seperti mengejar target emisi di atas kertas, tetapi di lapangan, hutan terus dikorbankan,” ujarnya.
Deforestasi dan Krisis Iklim, Data yang Mengkhawatirkan
1. Emisi dan Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah penyumbang utama emisi karbon Indonesia. Pada 2015, kebakaran hebat di Sumatra dan Kalimantan melepaskan 1,2 miliar ton CO₂—setara dengan emisi tahunan Jepang (Copernicus Atmosphere Monitoring Service).
Meski pemerintah membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) pada 2016, laju kerusakan tetap tinggi. Pada 2019, emisi dari kebakaran mencapai 1,6 juta ton, sementara kebocoran karbon dari lahan gambut terdegradasi menyumbang 60% emisi nasional (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2023).
2. Ancaman Lahan Gambut
Indonesia memiliki 36% lahan gambut tropis dunia, yang mampu menyimpan hingga 55-60 miliar ton karbon—3-4 kali lebih banyak dari hutan mineral (Wetlands International). Namun, ketika gambut dikeringkan untuk perkebunan sawit, ia menjadi bom karbon.
Satu hektar gambut sehat menyimpan 500 ton karbon. Jika diubah menjadi sawit, hanya tersisa 200 ton. Defisit 300 ton itu menguap ke atmosfer, mempercepat pemanasan global.
3. Tekanan Ekonomi vs. Ekologi
Ekspansi sawit adalah contoh nyata konflik antara kepentingan ekonomi dan ekologi. Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia, dengan luas perkebunan mencapai 16,8 juta hektar pada 2023 (BPS). Namun, 3,4 juta hektar di antaranya berada di kawasan hutan yang seharusnya dilindungi.
Sawit memang mendatangkan devisa, tetapi kita abai pada biaya lingkungan jangka panjang.
Load more