Revolusi Sepak Bola dan Nasionalisme Kita
- tim tvonenews
Di titik itu, saya merasa sepak bola telah menjadi soft power, alat diplomasi kebudayaan yang efektif. Kiprah timnas kita yang bisa menyamai prestasi tim tim kelas dunia banyak dibahas oleh media media asing. Kita dianggap sudah berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan bangsa bangsa di dunia.
Saya membayangkan Indonesia bisa seperti Korea Selatan yang dengan budaya K-Popnya merangsek ke ke lima benua di dunia. Kebudayaan popular Korea dihargai di forum forum bergengsi. Kita tahu film Korea sudah pernah diganjar Oscar. Novel karya penulis Korea, Han Kang misalnya belum lama diganjar Nobel Kesusasteraan.
- AFC
Namun, kita tahu perjalanan revolusi sepak bola belum usai. Kita masih harus bertarung dengan cukup berat di Kualifikasi Piala Dunia, belum lama kita bahkan keok di turnamen Piala AFF sebagai bukti kekuatan kita belum merata di semua umur, bibit bibit pemain baru masih perlu digenjot.
Masalah dalam ekosistem sepak bola kita memang masih banyak. Ini bisa saya rasakan setelah beberapa bulan belakangan saya intens mendampingi tim sepak bola kota saya: Persikotas.
Baiknya saya jelaskan awal mula saya terlibat dengan tim yang kini berlaga di kompetisi liga empat seri dua. Sebelumnya saya tak pernah membayangkan bakal mengurusi sebuah klub sepak bola dan segala tetek bengeknya.
Saya memang suka dengan segala drama yang terjadi seputar si kulit bundar. Agaknya soal ini semua teman saya sudah mahfum. Saya punya klub favorit, Manchester City yang bagaimanapun penampilannya di Liga Inggris selalu akan saya bela. Saya juga selalu menyempatkan datang ke stadion jika timnas sedang berlaga. Namun, jika kemudian pada satu fase hidup saya harus mengurusi dan bertanggungjawab pada eksistensi sebuah klub sepak bola sungguh di luar prediksi saya.
Soalnya saya tahu benar, mengelola klub sepak bola bukan perkara mudah, tak bisa dikelola sambil lalu, apalagi paruh waktu. Ia mensyaratkan militansi dan totalitas. Selain finansial, emosional, ego juga sangat memainkan peranan.
Load more