BPBD Catat 371 Insiden Kebakaran Terjadi di Jakarta Sejak Januari Hingga Juni 2025
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat telah terjadi 371 kejadian kebakaran sejak 6 bulan atau Januari hingga Juni 2025.
Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD Jakarta, Mohamad Yohan mengatakan, kebakaran tersebut diakibatkan oleh sejumlah faktor di antaranya, kompor gas, puntung rokok, korek api, percikan las, hingga korsleting listrik.
Namun, sambungnya, mayoritas kebakaran di Jakarta disebabkan oleh arus pendek atau korsleting listrik.
"(Mayoritas) kebakaran di Jakarta disebabkan oleh korsleting listrik,” katanya, Selasa (22/7/2025).
Berdasarkan catatan BPBD juga, kebakaran di Jakarta mengakibatkan korban jiwa sebanyak 116 orang. Selain itu kerugian ditaksi mencapai Rp201 miliar.
Yohan mengimbau, agar masyarakat untuk menjaga keamanan instalasi listrik dan menghidari colokan yang bertumpuk.
"Masyarakat diimbau agar rutin memeriksa instalasi listrik secara berkala, jangan pakai kabel sembarangan pakai perangkat listrik standar (SNI/Resmi), hindari colokan bertumpuk," ujarnya.
Program APAR Tiap RT Dilanjutkan Pemprov
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, memastikan program penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) di setiap Rukun Tetangga (RT) akan terus dilanjutkan, meskipun kebakaran masih kerap melanda kawasan padat penduduk seperti Tambora, Jakarta Barat.
"Ini memang ada beberapa kebakaran di Jakarta. Salah satunya di Tambora yang kemarin. Adapun program satu RT mempunyai satu alat untuk pemadam kebakaran akan tetap saya lanjutkan," ujar Pramono saat ditemui di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (22/7/2025).
Menurutnya, keberadaan APAR di tingkat RT terbukti membantu meminimalkan dampak kebakaran. Namun, ia mengakui kepadatan permukiman tetap menjadi tantangan besar.
"Dan itu terbukti ketika kami di Tambora relatif RT RT-nya sudah mempunyai alat pemadam kebakaran. Maka dampaknya itu menjadi lebih kecil, sehingga demikian penanganan kebakaran tetap menjadi prioritas pemerintahan yang saya bikin," jelasnya.
Pramono juga mengingatkan bahwa risiko korsleting listrik kerap terjadi di wilayah padat penduduk seperti Tambora.
"Walaupun saya harus mengakui bahwa seperti di Tambora karena padat penduduk. Korsleting itu sering terjadi, dan kemarin terjadi. Dan tapi apapun tetap kita tangani," pungkasnya. (aha/raa)
Load more