Tekanan Ekonomi Menguat: Inggris, Kanada, dan Prancis Ancam Sanksi atas Aksi Israel di Gaza
- ANTARA
Jakarta, tvOnenews.com - Ketegangan geopolitik Timur Tengah memasuki babak baru, kali ini dengan dimensi ekonomi yang semakin mencolok.
Tiga negara besar — Inggris, Kanada, dan Prancis — mengeluarkan ancaman serius berupa tindakan konkret, termasuk sanksi ekonomi, terhadap Israel apabila tidak segera menghentikan operasi militer lanjutan di Gaza dan membuka kembali akses bantuan kemanusiaan.
Langkah ini menambah tekanan internasional terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang tetap bersikeras untuk melanjutkan serangan hingga "kemenangan total" tercapai. Namun di balik krisis kemanusiaan yang mengemuka, konflik ini juga mulai merambah ke ranah ekonomi global, pasar energi, dan hubungan dagang internasional.
Gaza: Titik Tekan Baru dalam Politik Ekonomi Internasional
Dalam pernyataan bersama yang dirilis Senin (20/5), ketiga pemimpin negara G7 tersebut menyampaikan kekhawatiran mendalam atas pemblokiran bantuan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan oleh Israel. Mereka menilai langkah itu berpotensi melanggar Hukum Humaniter Internasional, sembari memperingatkan bahwa mereka "tidak akan ragu mengambil tindakan lebih lanjut, termasuk sanksi yang ditargetkan."
Tindakan seperti ini bisa menjadi game changer dalam dinamika bisnis kawasan. Banyak analis menilai bahwa sanksi dari kekuatan ekonomi seperti Inggris dan Prancis dapat berdampak signifikan pada arus investasi asing, stabilitas pasar regional, hingga kepercayaan investor terhadap sektor pertahanan dan teknologi Israel, yang selama ini menjadi andalan ekspor negara tersebut.
Respons Israel: Tegas, Tapi Terisolasi
Netanyahu menyebut sikap London, Ottawa, dan Paris sebagai "hadiah besar" bagi serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 warga sipil dan menculik 251 orang. Ia menegaskan bahwa Israel akan tetap melanjutkan operasi hingga seluruh sandera dibebaskan dan Gaza berhasil didemiliterisasi.
Namun, sikap keras Israel ini mulai memperluas jurang diplomasi dengan para sekutunya. Bukan hanya menimbulkan krisis kemanusiaan, tetapi juga memperburuk citra bisnis internasional negara tersebut di mata investor global.
Dampak ke Sektor Bisnis dan Energi
Para ekonom memperingatkan bahwa konflik ini sudah mulai berimbas pada rantai pasok regional serta stabilitas harga energi dunia. Ketegangan yang meningkat membuat harga minyak mentah dunia sempat melonjak, sementara jalur distribusi logistik internasional — terutama di kawasan Laut Merah dan Mediterania Timur — mulai mengalami perlambatan.
Selain itu, ancaman sanksi ekonomi dapat menekan sejumlah perusahaan multinasional yang memiliki relasi bisnis atau proyek di Israel. Dalam jangka menengah, potensi kerugian finansial bisa menembus miliaran dolar jika konflik terus memburuk tanpa solusi politik.
Arah Baru: Solusi Dua Negara dan Diplomasi Ekonomi
Pernyataan Inggris, Kanada, dan Prancis juga mencerminkan arah baru diplomasi Barat yang lebih proaktif dalam mendorong solusi dua negara. Dukungan terhadap mediasi yang dipimpin AS, Qatar, dan Mesir memperlihatkan upaya menyeimbangkan tekanan militer dengan jalur diplomatik dan ekonomi.
Menariknya, Hamas menyambut baik pernyataan ketiga negara Barat tersebut, menyebutnya sebagai “langkah penting” dalam mengembalikan prinsip hukum internasional. Ini membuka ruang baru bagi intervensi ekonomi multilateral sebagai sarana untuk mendorong gencatan senjata. (nsp)
Load more