“Hal itu akan memudahkan Pramono-Rano merealisasikan janji-janji politiknya saat kampanye Pilkada 2024,” tambahnya.
Jamiluddin juga menduga bisik-bisik Anies dan Ahok bisa jadi mengarah pada rencana pidato politik bersama. Pidato ini, menurutnya, bisa menjadi respons atas sejumlah isu nasional yang sedang hangat, seperti Pilkada melalui DPRD, kembali ke UUD 1945, PPN 12 persen, pemberantasan korupsi, hingga penanganan pelanggaran HAM.
“Isu-isu tersebut bisa jadi menjadi topik utama bila Anies dan Ahok melakukan pidato politik bersama,” ungkapnya.
Tak hanya itu, isu terkait posisi Presiden Joko Widodo pasca-masa jabatan juga dinilai bisa menjadi bagian dari pesan yang akan mereka sampaikan.
Jamiluddin menilai, Anies dan Ahok berpeluang mengambil posisi sebagai simbol oposisi non-parlemen, mengingat lemahnya kekuatan oposisi di parlemen saat ini, yang hanya diisi oleh PDIP. Jika ini terjadi, langkah keduanya bisa menjadi kontrol yang lebih efektif terhadap pemerintah dan menjadi penyelamat demokrasi.
“Kalau Anies dan Ahok dapat memposisikan sebagai simbol oposisi non-parlemen, maka kontrol terhadap pemerintah akan lebih berarti. Hal ini setidaknya dapat menyelamatkan demokrasi di tanah air,” tegas Jamiluddin.
Spekulasi lain yang mencuat adalah kemungkinan Anies dan Ahok bersiap untuk Pilpres 2029. Dengan posisi sebagai simbol oposisi, tidak menutup kemungkinan keduanya akan berpasangan dalam ajang tersebut.
Load more