“Jadi tawaf itu mengakbarkan Al Zaytun dengan segala kelengkapan fasilitasnya. Saya rasa semua orang yang ke sana mengucap, ‘Subhanallah! Besar sekali. Luas sekali’,” jelasnya.
Panji Gumilang juga mengajarkan cara melempar jumrah yang berbeda.
“Ada juga istilah melempar jumrah. Kalau di Makkah kan menggunakan kerikil,” kata Ken.
Lempar jumrah di Al Zaytun bukan menggunakan kerikil, tapi bahan bangunan dalam bentuk uang.
“Jika di Makkah umumnya melempar jumrah adalah melempar dengan kerikil, di ponpes Al Zaytun para jemaah diminta untuk melempar “semen” dalam bentuk uang. Jadi setiap orang yang datang ke sana dari rombongan wilayah mana nanti di akhir session sambutan Syekh Panji Gumilang, ini ada ritual melempar jumrah. Misalnya dari Jakarta ada Rp1 miliar. Ini melempar jumrah tidak pakai kerikil tapi dulu minimal dengan tujuh sak semen dalam bentuk duit,” pungkasnya. (rka/nsi)
Load more