Trump Bikin Gaduh! Saham Teknologi Ambruk, Wall Street Ikut Terseret
- ANTARA
Saat ini, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sekitar 60 basis poin (bps) tahun ini. Namun, beberapa pejabat The Fed memperingatkan bahwa bank sentral tidak akan bertindak terlalu cepat dan akan menunggu dampak kebijakan tarif terhadap data ekonomi sebelum mengambil keputusan lebih lanjut.
Di sisi lain, harga impor AS secara tak terduga naik pada Februari, menambah tekanan inflasi di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan global.
"Jika tarif ini diperluas dan memicu lonjakan harga barang impor, tekanan inflasi bisa makin besar. Ini akan menyulitkan The Fed untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat," tambah Ghriskey.
Aksi Jual Meluas, Investor Cari Aset Aman
Aksi jual di Wall Street mendorong investor untuk beralih ke aset aman. Harga emas mencatatkan rekor tertinggi, melampaui $3.000 per ons setelah melonjak dalam beberapa pekan terakhir.
"Ketika ada ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter, investor cenderung mencari aset aman seperti emas dan obligasi," tambah Ghriskey.
Selain emas, indeks dolar AS juga menguat, mencerminkan arus modal yang mengalir ke aset berbasis dolar di tengah ketidakpastian global.
Outlook Pasar: Waspada dan Berhati-hati
Pasar keuangan global masih akan bergerak dalam volatilitas tinggi seiring ketidakpastian kebijakan tarif AS dan arah kebijakan moneter The Fed. Di tengah ketidakpastian ini, investor disarankan untuk berhati-hati dalam mengambil posisi di pasar saham dan lebih fokus pada sektor defensif.
"Pasar masih mencari arah, dan dalam kondisi seperti ini, lebih baik mengurangi eksposur ke saham berisiko tinggi dan beralih ke sektor defensif seperti infrastruktur dan kesehatan," kata Ghriskey.
Meski demikian, jika The Fed memberikan sinyal dovish dan kebijakan tarif AS tidak terlalu menekan pasar, potensi rebound di Wall Street masih terbuka. Namun, untuk saat ini, ketidakpastian masih akan menjadi tema utama di pasar keuangan global. (nsp)
Load more