tvOnenews.com - Gigi goyang adalah salah satu masalah kesehatan gigi yang sering dianggap sepele, padahal bisa berdampak besar pada kualitas hidup seseorang. Kondisi ini terjadi ketika gigi kehilangan dukungan dari jaringan penyangga seperti gusi dan tulang. Masalah ini juga dialami oleh aktris Indonesia, Marcella Zalianty.
Setelah menggunakan behel (braces), ia mendapati bahwa menjaga kebersihan gigi di area belakang menjadi lebih sulit, terutama dengan adanya gigi bungsu yang tumbuh miring. Akumulasi sisa makanan dan karang gigi yang tidak teratasi akhirnya menyebabkan gigi belakangnya goyang. Menyadari pentingnya segera menangani masalah ini, Marcella memutuskan untuk berkonsultasi di Devya Dental Clinic.
Di Devya Dental Clinic, Marcella bertemu dengan drg. Devya Linda, seorang dokter gigi berpengalaman yang juga pemilik klinik ini. Dengan keahlian yang diakui di bidang estetika dan kesehatan gigi, drg. Devya selalu mengutamakan pendekatan menyeluruh dalam menangani setiap pasien. Untuk kasus Marcella, drg. Devya melibatkan drg. Ryan, seorang spesialis periodonsia dengan pengalaman luas dalam menangani masalah jaringan penyangga gigi.
“Spesialis perio ini fokus pada perawatan tulang dan gusi, yang menjadi fondasi bagi kesehatan gigi,” jelas drg. Ryan.
Gigi goyang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti yang dijelaskan oleh drg. Devya.
“Karang gigi sering kali menjadi pencetus awal. Awalnya hanya mengiritasi gusi dan menyebabkan gingivitis, tetapi jika tidak diatasi, radang ini bisa merusak tulang penyangga gigi,” ungkapnya.
Drg. Ryan menambahkan, “Trauma berulang, seperti kebiasaan menggertakkan gigi, juga bisa menjadi penyebab. Jika terus terjadi dalam jangka waktu lama, jaringan yang menahan gigi tetap di tempatnya, yaitu ligamen periodontal, bisa rusak, menyebabkan gigi menjadi goyang.”
Setelah melihat hasil rontgen, drg. Devya menjelaskan, “Sebelah kanan kondisinya masih lebih baik, jadi itu yang akan kita prioritaskan dulu.” Tulang di sekitar gigi kanan Marcella masih cukup kuat untuk mendukung gigi, membuat kondisinya lebih stabil dibandingkan gigi kiri. Oleh karena itu, perawatan difokuskan terlebih dahulu pada gigi kanan untuk memaksimalkan peluang pemulihan sebelum beralih ke gigi lainnya.
Sebaliknya, hasil rontgen pada gigi kiri menunjukkan kerusakan yang lebih signifikan. Tulang hampir tidak lagi melekat pada gigi, menyebabkan giginya lebih goyang dan sulit dipertahankan.
“Potensi pemulihan gigi sebelah kiri jauh lebih rendah, dan kemungkinan keberhasilannya lebih kecil. Namun, kami tetap berupaya mempertahankan gigi semampu mungkin,” tambah drg. Devya.
Untuk mengatasi masalah ini, drg. Devya dan drg. Ryan menyusun rencana perawatan yang mencakup scaling (pembersihan karang gigi), kuretase (curettage), PRP (Platelet-Rich Plasma), dan bone graft (autograft). Setiap langkah dirancang untuk menangani akar penyebab masalah sekaligus merangsang regenerasi jaringan yang rusak. Langkah pertama adalah scaling, proses pembersihan karang gigi yang menumpuk di sekitar gigi.
“Scaling diperlukan untuk menghilangkan karang gigi yang dapat memicu peradangan pada gusi dan kerusakan jaringan penyangga gigi,” jelas drg. Ryan.
Prosedur ini juga membantu mempersiapkan gigi untuk perawatan lanjutan dengan memastikan area yang dirawat benar-benar bersih dari sisa kotoran dan bakteri.
Tahap selanjutnya adalah kuretase, yang berfokus pada pembersihan mendalam hingga ke akar gigi.
“Kuretase bertujuan untuk mengangkat sisa bakteri dan plak yang menempel pada akar gigi, sehingga jaringan di sekitar gigi dapat sembuh dan pulih dengan lebih baik,” tambah drg. Ryan.
Awalnya, Marcella sempat merasa khawatir karena ia membayangkan kuretase gigi serupa dengan kuretase pada rahim, yang sering kali dianggap menyakitkan dan membutuhkan bius total.
“Aku sempat berpikir ini akan seperti operasi besar, bahkan membayangkan harus dibius total,” ungkap Marcella.
Namun, drg. Devya dan drg. Ryan segera menenangkannya dengan menjelaskan bahwa prosedur ini jauh lebih sederhana dan nyaman.
“Kami pastikan prosesnya aman dan tidak menyakitkan,” kata drg. Devya, memastikan kenyamanan Marcella selama perawatan.
Setelah kuretase, PRP diaplikasikan untuk mempercepat proses penyembuhan dan regenerasi jaringan.
“PRP adalah plasma darah kaya trombosit yang berfungsi sebagai growth factor. Komponen ini merangsang regenerasi tulang dan gusi dengan lebih cepat,” jelas drg. Ryan.
Karena PRP berasal dari darah pasien sendiri, risiko penolakannya sangat kecil, sehingga proses penyembuhan menjadi lebih optimal dan selaras dengan mekanisme alami tubuh.
Marcella, yang sangat peduli dengan kesehatan tubuhnya, justru sangat antusias dengan metode ini. Ia mengaku sudah melakukan riset dan mengungkapkan, “Aku belum menemukan dokter gigi di Indonesia yang pakai metode PRP soalnya. Aku tahunya kan dokter gigi Jerman (yang sudah pakai metode PRP).”
Tahap akhir adalah bone graft, yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan tulang di area yang terkena dampak. Bone graft menggunakan autograft, yaitu tulang yang diambil dari tubuh Marcella sendiri, sehingga lebih kompatibel dengan jaringan sekitarnya.
“Bone graft bertujuan untuk menggantikan tulang yang hilang dan memberikan dukungan yang kuat bagi gigi yang dirawat. Autograft adalah pilihan terbaik karena berasal dari tubuh pasien sendiri, yang berarti lebih aman dan efektif,” kata drg. Ryan.
Kombinasi antara bone graft dan PRP menciptakan kondisi optimal untuk regenerasi tulang, memperkuat struktur gigi, dan mengurangi kegoyangan. Setelah tindakan selesai, Marcella merasa lega dan terkejut karena prosedurnya jauh lebih nyaman dari yang ia bayangkan.
“Aku pikir akan sakit sekali, ternyata jauh lebih nyaman,” katanya sambil tersenyum.
“Aku merasa gigi belakangku sekarang lebih ringan dan stabil.”
Drg. Devya menekankan pentingnya menjaga kebersihan gigi setelah perawatan ini.
“Bagian yang di-PRP harus benar-benar dijaga kebersihannya. Hindari makanan yang keras dulu dan jangan lupa untuk kontrol secara rutin,” sarannya.
Drg. Ryan menambahkan, “Kami akan memantau kondisi gigi Marcella dalam 10 hari, kemudian 3 bulan hingga setahun ke depan untuk memastikan proses regenerasi berjalan dengan baik.”
Meski masih harus menjalani kontrol lanjutan dalam beberapa bulan ke depan, Marcella merasa lebih lega dan optimis dengan kondisi giginya yang kini semakin stabil. Dengan perawatan yang teliti dan teknologi canggih di Devya Dental Clinic, pemulihan giginya diharapkan dapat berjalan sesuai harapan.(chm)
Load more