Oleh karena itu otomatis para calon harus mampu meneruskan kerangka RMA dalam sabuk pertahanan negara kepulauan ini. Agar tidak ketinggalan, maka juga harus disesuaikan dengan perkembangan isu-isu terkini.
“Isu-isu terkini saya kira sudah seharusnya menjadi perhatian serius, terutama dampak yang ditimbulkan terhadap pertahanan nasional, yaitu: KKB di Papua, pengungsi Rohingnya, human traficking, klaim bahasa Indonesia sebagai bahasa Melayu oleh Malaysia, dan respon masyarakat terhadap konflik luar negeri,” tuturnya.
Dalam pandangannya, kawasan Indo Pasifik saat ini sedang digunakan sebagai kawasan proksi. Indonesia pasti akan terlibat di dalamnya.
“Tentu saja dampak ketegangan dan potensi peperangan di kawasan ini dirasakan Indonesia dalam lima tahun ke depan,” kata Simon.
Simon menjelaskan bahwa saat ini, Laut China Selatan muncul sebagai episentrum baru konflik Barat-Timur, Berbagai pertanyaan tentu akan muncul terkait langkah Indonesia menghadapi hal tersebut, mulai penguatan alutsista, bagaimana Indonesia mempergunakan ruang diplomasi internasional untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan, Bagaimana jika peperangan di LCS benar-benar terjadi, hingga apa strategi yang dipersiapkan.
Isu-isu di atas perlu diperdalam secara luas oleh para kandidat capres-cawapres dari sudut pandang masing-masing. Selain untuk melihat efektivitas dan kapasitas kandidat, jawaban dari mereka akan memperlihatkan gambaran ideologi dan keberpihakan dari masing-masing pasangan calon.
“Terakhir, saya ingin tekankan bahwa perkembangan lingkungan strategis kita terus dinamis dan membutuhkan antisipasi dan respon cepat. Upaya apa yang hendak dilakukan oleh para kandidat untuk membangun antisipasi dan respon cepat tersebut?,” kata Simon. (ant)
Load more