Melihat Lagi Delsy Dalam Novel Pop, Komik Hingga Film
- instagram @jakartacouncil
Dalam produksi Saur Sepuh, Imam meminta Delsy memvisualkan tokoh Lasmini, salah satu pendekar perempuan dalam cerita yang bermula dari Sandiwara radio itu. Imam sangat takjub dengan hasilnya. Visualnya menangkap unsur kegagahan, namun tetap sensual. Imam mengikuti sketsa perempuan yang digambar Delsy saat mencari sosok untuk memerankan Lasmini. “Ternyata benar. Saat film diputar, sosok Lasmini yang paling banyak mendapat tanggapan penonton,” ujar Imam.
Pameran juga menampilkan kiprah Delsy sebagai komikus. Pada 1978 Delsy memang menjadi editor dan komikus di sebuah lini komik penerbit Karya Baru. Di sini gambar realisme ekspresif dari Delsy membuat cerita cerita pahlawan berlatar sejarah seperti kisah Sentot Ali Basyah dengan Perang Jawa, Cut Mutia dan Perang Aceh terasa sangat filmis dan hidup. “Yang menarik, karyanya jadi bagian dari produksi dan distribusi pengetahuan negara lewat komik,” ujar Yuki Aditya, kurator pameran.
Ragam karya yang dipamerkan memang terbentang luas. Kita juga bisa melihat lagi sketsa sketsa Delsy di Majalah Film tentang isu terhangat di dunia perfilman. Goresan Delsy di majalh yang kulit mukanya selalu perempuan seronok memang dimaksudkan seperti berita film, tapi berbentuk sketsa dari perspektif Delsy.
Pada salah satu dinding ditampilkan reproduksi sketsa saat Delsy menyambut rencana pembuatan film eksperimental oleh 13 sutradara muda pada medio 2000. Wajah wajah sutradara seperti Teddy, Sri Katon, Enison Sinaro, Nan T Achnas, Mira Lensma, Riri Riza dibuat sketsa. Berita jadi khas, menarik dan menghibur.
Delsy juga banyak membuat logo-logo untuk perusahaan perusahaan. Ditampilkan juga proses pembuatan logo dan pencarian bentuk tipografinya. Karya terakhirnya yang dipamerkan adalah lukisan Gelar Perang Sentot Prawirodirdjo. Sosok Sentot menunggang kuda, berjubah putih nampak menunjuk ke sebuah arah. Di latar belakang pesona alam yang biasa kita jumpai di lukisan hindia molek. Ada gunung, sawah dan sungai.
Karya lukisan seniman yang ditulis dalam France Art Journal 1974 sebagai Seniman Asia Tenggara Terbaik ini juga ternyata cukup banyak kolektornya. Barangkali karena kolektor menemukan nafas Basuki Abdullah dan Raden Saleh pada lukisan Delsy. Kolektor mengenal Delsy saat berpameran bersama dengan Basuki Abdullah dan S. Sudjojono pada sebuah bienalle. Delsy meninggal dunia di pangkuan istri pertamanya “Adila” pada 2001 di Jakarta. (bwo)
Load more