Melihat Lagi Delsy Dalam Novel Pop, Komik Hingga Film
- instagram @jakartacouncil
Bisa disebut Delsy golongan pelukis salon karena sangat pandai melebih-lebihkan daya sensualitas perempuan dalam gambar-gambarnya.
Bahkan, karena sangat diminati, goresannya perempuan sensual pernah dijual secara eksklusif pada penggemarnya. Gambar gambar perempuan tanpa busana oleh Delsy dikirim ke alamat pemesan langsung. Aksi Delsy tercium penegak hukum. Ia dimajukan ke meja hijau. Jaksa menjejerkan sejumlah stensilan berisi lukisan wanita telanjang karya Delsy dan sejumlah wesel dari pemesan gambar. “Saya mengaku bersalah karena merusak mental generasi muda,” ujar Delsy di kursi pesakitan. Hakim memvonis Delsy dengan pidana penjara empat bulan.
Saat film dikelola oleh para tauke dari Glodok, film dijadikan barang kelontong, kreativitas Delsy tak terbendung lagi. Karena keahliannya menggambar ia diajak rekannya sesama seniman Senen,---kelak mendirikan Sinematek-- Misbach Yusa Biran menjadi Direktur Artistik pada film Pesta Musik La Banna. Ternyata Delsy sangat cepat beradaptasi dengan industri film. Ia pekerja yang apik, semua yang akan dikerjakan tim film terkonsep dari awal sejak desain visual hingga pembuatan perlengkapan produksi. Saat bekerja sama dengan Usmar Ismail di film Pejuang, sketsa pengiring credit title besutan Delsy banyak mendapat pujian.
Karya terakhir Delsy yang dipamerkan, Gelar Perang Sentot Prawirodirdjo (Foto: Pameran Delsy Silang Visual Film dan Seni Rupa)
Pada 1973 hingga 1985 masa paling subur bagi Delsy di kancah perfilman nasional. Dalam satu tahun ia bisa menangani hingga tiga film sekaligus. Semuanya menuntut sentuhan visual Delsy yang sangat khas dan disukai penonton Indonesia. Sejak dari storyboard hingga poster film. Sebut saja film Sebelum Usia 17, Cakar Maut, Noda dan Asmara, Jalal Kawin Lagi, Kuda Kuda Binal, Jurus Maut, Buaya Deli, Nakalnya Anak Anak, Masih Adakah Cinta, Jangan Sakiti Hatinya, Jayaprana hingga Aduh Genitnya.
Delsy pernah mendapat penghargaan sebagai Art Director Terbaik Asia lewat film berjudul Holiday in Bali karya Usmar Ismail pada Festival Film Asia di Tokyo, Jepang.
Sutradara film laga kolosal Imam Tantowi punya banyak kenangan dengan Delsy saat membuat film bersama. Delsy sangat lihai dalam membuat story board, semacam panduan untuk visual dan narasi sehingga naskah dan visual berlangsung lebih efektif. “Saat itu storyboard belum lazim,” ujar Imam Tantowi.
Load more