- Tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official
Bukan 8-14 Tahun, Ternyata ini Waktu Terbaik Ajarkan Anak Puasa untuk Persiapan Ramadhan Kata Ustaz Adi Hidayat
tvOnenews.com - Pendidikan anak berlatih puasa untuk persiapan Ramadhan sangat penting. Ustaz Adi Hidayat mengatakan hal ini sebagai tugas utama para orang tua.
Ustaz Adi Hidayat menegaskan anak memang masih belum mempunyai kewajiban puasa, namun setibanya bulan Ramadhan dalam kondisi semakin dewasa, maka hukumnya wajib.
Meski begitu, sebenarnya ada waktu terbaik orang tua mengajarkan anak puasa Ramadhan. Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyebutkan kebanyakan orang berspekulasi yang terbaik bermula dari delapan tahun.
Sebagian orang mukmin lainnya berpendapat batas maksimalnya, setidaknya telah menginjak usia 14 tahun.
"Berapa usia ideal yang dilatih untuk berpuasa secara sempurna?," tanya UAH dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Adi Hidayat Official, Kamis (13/2/2025).
- iStockPhoto
Puasa sesungguhnya memiliki manfaat untuk anak-anak, tidak sekadar diarahkan kepada orang dewasa saja.
Puasa sangat mustajab menuntun anak terbiasa mempunyai sikap disiplin, bersabar, menjaga berat badan, serta memelihara kesehatan tubuh.
Namun, agama Islam tidak menganjurkan anak-anak berpuasa, meskipun tak menghalangi mereka bagi yang ingin mengamalkan ibadah ini.
Sebab, puasa adalah ibadah menahan hawa nafsu. Saat merasakan lapar dan haus akan dilanda ujian yang hebat.
Anak-anak belum bisa mengendalikan ujiannya, hanya membuat ibadah puasanya sia-sia.
UAH juga mengulas sebenarnya tidak ada batasan minimal usia untuk anak-anak yang berpuasa. Selama mereka belum baligh, tidak dianjurkan puasa.
"Batas idealnya sebelum sampai baligh ukur dengan kemampuan dia menunaikan puasa," terang dia.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu menuturkan kemampuan anak belum cukup, tetapi bisa ditanam dengan cara pelatihan sejak dini.
Lagi-lagi orang tua berperan betapa pentingnya memberikan pendidikan untuk anak, terkhusus tujuan mengapa harus melaksanakan puasa.
Berdasarkan pendapat hitungan usianya, menurut UAH, tidak ada masalah apabila di antara angka tersebut, anak telah mengalami baligh.
"Tapi dilakukan secara bertahap sampai dia mendapatkan kematangan dan kenikmatan serta menunaikan secara penuh," paparnya.
Setelah baligh menunjukkan tidak ada alasan lagi belum terbiasa puasa. Waktu ini menandakan anak semakin dewasa.
Pendakwah lulusan S2 di UIN Bandung itu menganjurkan setidaknya, sejak usia 4-5 tahun para orang tua mulai memberikan pelatihan puasa kepada buah hatinya.
Cara melatihnya secara bertahap dan tidak langsung digembleng habis-habisann agar anak tidak kaget.
UAH mencontohkan pada hari pertama, minimal berpuasa setengah hari atau sampai jam 12 siang. Kemudian, keesokannya bertahap bisa dibatalkan pada jam 3 sore.
Seterusnya sebisa mungkin orang tua melatih anak berpuasa secara penuh yang dimulai dari adzan Subuh hingga adzan Maghrib tiba.
"Berlatih itu jangan didorong untuk penuh dulu. Nah kadang-kadang ini ada yang miss nih," jelasnya.
"Latihan berlatih puasa itu tidak harus didorong untuk anak bisa sampai maghrib, semampu dia dulu," sambung dia.
Mengapa UAH menganjurkan pendidikan puasa harus bertahap? Hal ini berkaitan dengan metabolisme tubuh.
Setiap pencernaan anak akan lebih dulu menyesuaikan ketahanan tubuh selama tidak adanya asupan makanan maupun minuman.
Setelah metabolismenya telah sempurna, maka anak bisa berpuasa penuh dan menikmati dahsyatnya keistimewaan puasa Ramadhan.
"Nanti dengan kemampuan itu secara bertahap untuk dia bisa ke dalam tahap sampai penuh. Jadi bisa beda-beda (usia anak)," tandasnya.
(hap)