- Istockphoto
Diabetes Bisa Dicegah! Begini Cara Lindungi Diri dari Komplikasi Kebutaan yang Mengintai
tvOnenews.com - Diabetes Mellitus (DM) masih menjadi salah satu ancaman kesehatan terbesar di Indonesia dan dunia. Meski tidak dapat sepenuhnya disembuhkan, penyakit ini dapat dikendalikan melalui pola hidup sehat, pengobatan teratur, serta deteksi dini komplikasi.
Para ahli menyebut bahwa pencegahan DM dapat dimulai dari kebiasaan sederhana, seperti menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, hingga melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala.
Langkah-langkah ini penting karena diabetes yang tidak terkontrol dapat memicu berbagai komplikasi serius, termasuk kerusakan penglihatan.
Selain pencegahan, penanganan Diabetes Mellitus juga membutuhkan kedisiplinan jangka panjang. Kombinasi antara terapi medis dari tenaga kesehatan, aktivitas fisik teratur, dan nutrisi yang tepat dapat membantu pasien mengendalikan kadar gula darah.
Organisasi kesehatan global menekankan bahwa edukasi merupakan bagian penting dalam pengobatan DM. Pasien harus memahami risikonya, termasuk komplikasi seperti Retinopati Diabetik (RD) yang dapat menyebabkan kebutaan. Dengan memahami bahaya ini sejak awal, pasien lebih terdorong untuk melakukan pemeriksaan rutin dan mengikuti terapi sesuai anjuran dokter.
Contoh nyata pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan cek mata minimal satu kali setahun bagi penderita DM. American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan skrining retina rutin, terutama bagi pasien yang sudah lama mengidap diabetes.
Deteksi dini terbukti mampu menurunkan risiko kehilangan penglihatan hingga lebih dari 90%. Hal inilah yang menjadi dasar lahirnya berbagai inisiatif kesehatan masyarakat untuk memperluas akses deteksi dan penanganan komplikasi diabetes.
Dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia, Roche Indonesia bersama Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk mengembangkan model percontohan penanganan komprehensif Retinopati Diabetik (RD).
Melansir dari Antara, kegiatan yang berlangsung di Yogyakarta ini juga disaksikan oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam mengurangi beban kebutaan akibat komplikasi diabetes. Retinopati Diabetik sendiri merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di Indonesia, dengan estimasi dua dari lima penderita Diabetes Mellitus tipe 2 (43,1%) mengalami kondisi ini.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menyampaikan bahwa tantangan diabetes di Indonesia masih sangat besar.
“Persoalan Diabetes ini cukup besar. Prevalensinya menurut SKI mencapai hampir 30%, artinya hampir 65 juta masyarakat Indonesia terindikasi mengidap DM dan saat ini kita baru bisa mendeteksi sekitar 10 juta,” ujarnya (14/11).
Ia menegaskan perlunya modernisasi layanan, khususnya skrining RD yang tidak hanya bertumpu pada ketersediaan dokter spesialis, melainkan dapat dilakukan di layanan primer dengan dukungan teknologi digital dan sistem rujukan yang jelas.
Mewakili UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., menekankan bahwa kolaborasi ini penting untuk memperkuat kualitas layanan mata di Indonesia. Ia menyebut bahwa solusi kesehatan berbasis bukti ilmiah dan inovasi digital akan membantu meningkatkan efektivitas skrining, terutama melalui tele-oftalmologi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Pendekatan ini dinilai relevan untuk memperluas cakupan layanan meski jumlah tenaga ahli masih terbatas. Presiden Direktur Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, menegaskan komitmen jangka panjang perusahaan dalam mendukung kesehatan penglihatan masyarakat Indonesia.
Hasil dari kolaborasi ini dapat menjadi kontribusi nyata terhadap transformasi sistem kesehatan nasional, termasuk target dalam Peta Jalan Kesehatan Penglihatan Indonesia 2025–2030, yaitu skrining retina minimal pada 80% individu dengan diabetes dan pemberian terapi pada 80% pasien RD.
Salah satu tantangan terbesar RD adalah rendahnya cakupan skrining, hanya sekitar 5% pasien diabetes yang diperiksa matanya. Prof. dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epi., Ph.D., Sp.M(K) menegaskan bahwa banyak pasien datang dalam kondisi sudah lanjut.
- Antara
“Tantangan utama kita ada tiga: jumlah pasien diabetes yang sangat besar, cakupan skrining mata yang sangat rendah—kurang dari 5%, dan distribusi tenaga ahli mata yang tidak merata,” ujar Prof. Bayu.
Melalui kerja sama ini, FK-KMK UGM dan Roche Indonesia akan membangun model layanan skrining terintegrasi yang mencakup penguatan koordinasi lintas sektor, peningkatan akses layanan bermutu, pengembangan sumber daya manusia, optimalisasi pembiayaan kesehatan mata, serta pemanfaatan teknologi digital dan sistem informasi terintegrasi.
Dengan model ini, diharapkan lebih banyak pasien diabetes yang mendapatkan skrining serta penanganan tepat waktu sebelum terjadi kebutaan permanen. (udn)