- Instagram/masinton
Penyebab Banjir hingga Longsor Sumatera, Greenpeace Sebut karena Perubahan Iklim dan Ekploitasi Hutan Besar-besaran
Jakarta, tvOnenews.com - Greenpeace menyoroti dua hal dugaan penyebab terjadinya bencana alam banjir bandang hingga tanah longsor di Pulau Sumatera beberapa waktu terakhir.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas menyebut, bencana alam yang terjadi Sumatera pertama disebabkan oleh siklon tropis akibat dari perubahan iklim.
Menurutnya kondisi ini baru pertama kali terjadi di Sumatera bahkan di Asia Tenggara.
"Menunjukkan bahwa terjadi perubahan iklim karena siklusnya sudah mulai berubah gitu. Nah, siklon tropis ini kan bagian dari bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim sehingga pola itu terjadi," katanya kepada tvOnenews, Minggu (30/11/2025).
- ANTARA
Arie mengungkapkan penyebab kedua akibat tata guna lahan yang kini telah mengalami deforestasi dan eksploitasi besar-besaran yang terjadi di Sumatera.
"Sehingga kemudian tutupan hutannya memang hanya ada di Bukit Barisan. Sementara daerah aliran sungai di wilayah-wilayah itu itu sudah tergedegradasi bahkan sudah hampir rata-rata itu di bawah 30%," jelasnya.
Akibat dari hal tersebut sambung Arie ekosistem di wilayah terdampak banjir sudah tidak lagi menampung curah hujan yang tinggi.
Sehingga, bencana alam banjir bahkan hingga menyebabkan tanah longsor terjadi.
"Nah, akibat daya dukung dan daya tampung itu sudah turun sehingga kemudian ekosistem atau ekologinya itu sudah tidak bisa lagi menampung," jelasnya.
Untuk diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) melaporkan, sebanyak 61 orang tewas akibat banjir bandang dan longsor.
"Update 28 November pukul 21.00 WIB total korban meninggal dunia 61 orang," ujar BPBD Sumbar dalam laporannya, Sabtu (29/11/2025).
Korban meninggal tersebut terdiri dari satu orang di Kabupaten Pasaman Barat, 47 di Agam, tujuh di Padang Panjang, satu di Kota Solok, dan lima orang di Kota Padang.
Selain itu, tim SAR gabungan hingga kini masih terus memasifkan pencarian korban hilang akibat bencana hidrometeorologi, terutama di Kabupaten Agam.
Di Kabupaten Pasaman Barat, BPBD merekap 1.712 rumah terendam banjir, 1.248 kepala keluarga (KK), 122 hektare (Ha) lahan, empat rumah rusak, dan satu fasilitas kesehatan rusak dengan total kerugian mencapai Rp363 juta.
Di Kabupaten Agam terdapat 16 kecamatan terdampak bencana di mana 83 orang masih dalam pencarian.
Sebanyak 484 jiwa mengungsi, sembilan rumah rusak, 249 meter jalan rusak, akses air bersih terputus dan beberapa fasilitas pendidikan dan lainnya ikut terdampak.
Di Kabupaten Padang Pariaman bencana hidrometeorologi terjadi di 17 kecamatan, 10.437 jiwa terdampak, 3.208 orang mengungsi, lima fasilitas pendidikan rusak, 3.530 rumah terendam banjir, serta 102 warga masih terisolir.
Di Kota Padang banjir dan tanah longsor melanda tujuh kecamatan dengan total 17 kelurahan.
Bencana merusak 150 rumah, masing-masing satu fasilitas ibadah dan kesehatan mengalami kerusakan serta 18.208 orang mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Secara keseluruhan bencana hampir merata terjadi di sejumlah daerah di Sumbar. Berdasarkan catatan dihimpun BPBD, total kerugian sementara diperkirakan mencapai Rp9,5 miliar.
Angka itu bisa bertambah mengingat masih banyak daerah belum bisa diakses karena jalan putus dan tertimbun material longsor. (aha/muu)