news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi (kiri)..
Sumber :
  • tvOnenews.com/Rika Pangesti

Polda Metro Jaya Soal Beredar Hasil Autopsi Diplomat Kemlu ADP di Medsos, Hoaks?

Polda Metro Jaya angkat bicara perihal beredarnya informasi di media sosial yang menyebutkan hasil autopsi kematian diplomat Kementerian Luar Negeri, ADP (39).
Kamis, 24 Juli 2025 - 16:20 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com – Polda Metro Jaya angkat bicara perihal beredarnya informasi di media sosial yang menyebutkan hasil autopsi kematian diplomat Kementerian Luar Negeri, ADP (39).

Dalam informasi tersebut, hasil autopsi itu juga diklaim berasal dari National Security Agency (NSA) dan disebut penyebab kematian korban ADP bukan bunuh diri, melainkan dibunuh.

Terkait hal itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, menegaskan bahwa informasi hasil autopsi yang beredar di media sosial itu tidak resmi dan bukan dari pihak kepolisian.

"Yang menyampaikan itu siapa? Silakan ditanyakan ke yang menyampaikan ya. Yang jelas fakta-faktanya itu yang kami temukan, nanti saat pemeriksaan ini sudah selesai semua. Tadi ada beberapa ahli yang dilibatkan. Beberapa hasil sudah ada di tangan penyelidik," ungkap Ade Ary saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (24/7).

Terkait informasi yang beredar di media sosial, Ade Ary tidak menyebutnya hoaks atau berita bohong. Hanya saja, ia menegaskan bahwa informasi tersebut akan menjadi bahan pertimbangan penyelidik.

“Saya tidak bisa menyebut (hoaks) ya, atau tidak bisa mengomentari, yang jelas itu akan menjadi bagian yang didalami oleh penyelidik. Kami imbau masyarakat agar bijak bermedsos dan hati-hati menyikapi informasi,” kata Ade.

"Namun setiap informasi sekecil apapun itu akan menjadi bahan pertimbangan penyelidik untuk melengkapi fakta dalam mengungkap peristiwa ini," sambungnya.

Eks Kapolres Metro Jakarta Selatan itu juga menegaskan bahwa hingga saat ini, proses penyelidikan masih berlangsung dengan melibatkan beberapa ahli di bidangnya.

"Beberapa hasil sudah ada di tangan penyelidik. Ya beberapa hasil ahli sudah, tapi beberapa belum, nanti setelah lengkap semua akan dijelaskan semuanya. Ya masing-masing ahli akan kami undang untuk menjelaskan hasil pemeriksaannya berdasarkan kompetensi keahliannya," bebernya.

Kendati demikian, ia menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang telah memberikan informasi. Namun, ia menegaskan bahwa penyelidikan dilakukan dengan prinsip ilmiah.

“Kami tidak boleh lari dari prinsip pengungkapan berbasis ilmiah, scientific crime investigation, dengan melibatkan berbagai ahli, pengumpulan fakta, dan metode pembuktian yang rigid serta hati-hati, agar proses ini dapat kami pertanggungjawabkan,” tegas Kombes Ade Ary.

Terakhir, Polda Metro Jaya mengimbau masyarakat untuk bijak menggunakan media sosial dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, demi mendukung proses penyelidikan yang sedang berjalan.

Diketahui, viral di media sosial terkait isu hasil autopsi diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan yang tewas terlilit lakban di indekosnya di kawasan Jakarta Pusat pada Selasa (8/7) lalu. Akun media sosial Instagram itu mengklaim sebagai National Security Agency.

Dalam unggahannya yang dilihat pada Kamis (24/7), mereka menyebut bahwa lakban berwarna kuning yang melilit kepala diplomat muda itu merupakan simbol warning dari pihak tertentu atau dalam hal ini pihak yang menyenyapkan nyawanya.

Berikut keterangan yang ditulis unggahan viral yang telah disukai 20.000 lebih akun tersebut:

1. Jenazah dibungkus plastik dan direkatkan dengan lakban kuning—teknik yang biasa digunakan dalam operasi penghilangan jejak/simbol warning (warna lakban)

2. Tidak ditemukan tanda bunuh diri (tidak dan bekas jejak racun yang fatal)

3. Tanda di tubuh bagian perut kiri Bawah menyerupai kode/simbol yang belum berhasil dipecahkan

4. Kunci pintu tidak rusak diduga pelaku memiliki akses langsung atau korban dikuasai terlebih dahulu dalam keadaan tak berdaya.

Unggahan yang viral di media sosial itu menyebutkan ada pembengkakan pembuluh darah di otak, terdapat memar di wajah dan lengan hingga menyebut bahwa bukti visual memar tersebut diabaikan dalam narasi media yang menyimpulkan korban "bunuh diri". (rpi/dpi)

 

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

16:39
05:06
00:56
02:33
00:57
00:57

Viral