- Antara
Dedi Mulyadi Larang Guru Beri PR ke Siswa, Ternyata Ini Penyebab Utamanya
"Seluruh pembelajaran itu ada jawabannya di buku-bukunya, kemudian dipindahkan menjadi daftar isian," bebernya.
Dedi juga mengatakan bahwa pemberian tugas kepada pelajar itu bisa dioptimalkan saat jam pelajaran sekolah.
Dia kemudian mencontohkan sejumlah kegiatan yang bisa menjadi pengganti PR tersebut.
Pekerjaan-pekerjaan itu, kata Dedi, bisa berhubungan dengan keluarga, alam, dan lingkungan sekitarnya.
Di mana, hal tersebut dinilai bisa lebih aktif mengeksplorasi minat dan bakat siswa dengan pekerjaan produktif.
"Misalnya, membantu orang tuanya mencuci piring, mengepel, memasak, menyetrika, kemudian membuat taman di rumah. Itu adalah pekerjaan rumah yang harus mendapat penilaian positif dari gurunya," tuturnya.
Selain itu, pelajar yang memiliki minat di bidang kimia maupun fisika juga bisa menjernihkan air bekas mengepel di rumah dengan bahan-bahan kimia ramah lingkungan, sehingga hasilnya bisa digunakan untuk keperluan lain.
"Nah, kemudian anak-anak berkelompok membuat keterampilan, misalnya berkelompok dalam les bahasa Inggris. Mereka melakukan percakapan dalam bahasa Inggris dalam kelompok di rumahnya. Itu juga bagian dari pembelajaran sekolah PR," katanya.
"Kemudian, berkarya bermusik dan melahirkan grup musik yang berkualitas untuk membuat karya-karya lagu," ucap Dedi.
Dedi pun menerangkan, banyak hal lain yang bisa pelajar lakukan saat di rumah tanpa adanya beban PR tertulis dari setiap mata pelajaran.
Pria yang akrab disapa KDM itu juga meyakini, pendidikan terbaik adalah yang memberikan banyak pengalaman bagi pelajar, yang akan menjadi modalnya pada masa depan.
"Penghayatan hidup itu pada akhirnya membangun kenyataan hidup. Saya meyakini, orang yang sukses adalah orang yang banyak pengalaman hidupnya," pungkas Dedi Mulyadi. (aag)