- Istimewa
Tim Reformasi Polri Diminta Lebih Fokus Pembenahan Reformatif Kulutral
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden RI, Prabowo Subianto menargetkan pembentukan Komisi Reformasi Polri yang ditarget rampung pada Oktober 2025 ini.
Namun, pembentukan Tim Reformasi Polri masih menuai polemik dengan sejumlah pro-kontra di kalangan publik.
"Tuntutan publik atas akuntabilitas dan profesionalitas Tim Reformasi Polri memang wajar sebab, kepolisian adalah institusi negara yang langsung bersentuhan dengan warga," kata Direktur Haidar Alwi Institut, Sandri Rumanama kepada awak media, Jakarta, Jumat (19/9/2025).
- Istimewa
Sandri menjelaskan Tim Reformasi Polri harus bisa mewujudkan polisi indonesia secara institusional yang mengutamakan reformatif, adaptif, dan humanis ditengah kompleksitas tren kriminal saat ini.
"Reformasi tidak hanya dimulai dari pandangan skeptis saja, tetapi juga adaptasi dengan perkembangan teknologi, kompleksitas kejahatan, tuntutan transparansi publik sampai pada pendekatan dan penanganan hukum secara profesional sebab bentuk kriminalitas sekarang berubah ubah berdasarkan trend," katanya.
Ia menjelaskan aspirasi masyarakat ini bisa jadi modalitas perbaikan mengingat saat ini kepolisian tengah mempersiapkan Grand Strategy Polri 2025–2045.
Grans Strategy Polri merupakan kelanjutan dari strategi sebelumnya yang berlaku pada periode 2005–2025.
"Ini menjadi modilitas perbaikan karena dorongan aspiratif yang tepat dengan momentumnya bahwa polri sedang mempersiapkan Grand Strategy Polri 2025–2045, mana yang diperkuat dan mana yang perlu diperbaiki," ujarnya.
Sandri menyarankan agar pembenahan kepolisian dari Tim Reformasi Polri agar berfokus pada reformatif kultural.
Ia menjelaskan semisal Insiden seperti tewasnya warga sipil dalam penanganan demonstrasi bukan hanya menjadi tragedi kemanusiaan, melainkan faktor psikologi massa yang harus dihadapi oleh petugas lapangan sehingga menimbulkan dilema dalam mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
"Contoh kasus seperti ini artinya Polri telah mengalami perubahan fundamental namun belum pada sisi presefektif kultural," katanya.
Ia menekankan bahwa reformasi kultural Polri mencakup perubahan mindset, nilai, dan budaya kerja sehingga reformasi kultural adalah point yang paling krusial. (raa)