Meraih Predikat 'Idul Fitri' di Penghujung Ramadhan
- pexels
tvOnenews.com - Idul Fitri oleh mayoritas umat islam di Indonesia dimaknai sebagai hari raya. Sehingga pada hari itu, seluruh umat islam akan saling mengucapkan Selamat Hari Idul Fitri.
Pada hari yang kerap disebut dengan kemenangan, semua orang bersuka cita merayakannya dengan mandi bersih, memakai wewangian, menyantap hidangan bersama, berpakaian bagus, shalat sunnah bersama dengan jumlah yang jauh lebih besar hingga bersilahturahmi ke sanak saudara dan kerabat serta tetangga.
Hal-hal tersebut merupakan sebuah ekspresi dari pemaknaan idul fitri.
Namun, selain dimaknai sebagai hari raya, Idul Fitri juga dimaknai sebagai kondisi "kembali suci".
Imam Durori dalam bukunya Pedoman Pendidikan Agama bagi Masyarakat Awam mengatakan bahwa sebagian umat islam menganggap idul fitri sebagai predikat atau prestasi yang melekat pada siapa saja yang telah melaksanakan serentetan ibadah ramadhan dan telah menjauhi berbagai larangan agama.
Dirinya merasa layak telah mendapat pengampunan dari TuhanNya sehingga merasa telah kembali bersih dan suci dari dosa-dosanya.
Pemaknaan idul fitri seperti ini dapat mendorong sebagian umat islam untuk fokus menjalani berbagai ibadah Ramadhan dengan maksimal dan berupaya sekuat-kuatnya untuk menjauhi hal-hal yang dapat merusak keutamaan dari ibadahnya.
Kategori Orang yang Terampuni Dosa-Dosanya
Terlepas dari tinjauan etimologi, maka kedua pemaknaan di atas adalah benar. Pemaknaan Idul Fitri menurut Durori sebagai hari raya dapat dikatakan berlaku bagi masyarakat umum, sedangkan pemaknaan sebagai kondisi menjadi suci adalah pemaknaan khusus dan berlaku bagi orang khusus pula.
Lantas siapakah orang khusus yang dimaksud?
Imam Durori lantas menjabarkan beberapa hadits yang menjelaskan kriteria orang khusus tersebut, di antaranya:
Pertama, hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim.
“Barangsiapa telah selesai berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan ikhtisab (hanya berharap Ridho Allah), maka diampuni oleh Allah SWT”.
Kedua, hadits riwayat Imam al Bukhari dan Imam Muslim.
"Barangsiapa telah selesai mendirikan malam-malam ramadhan (dnegan shalat tarawih) atas dasar keimanan dan ikhtisab, maka diampuni oleh Allah SWT".
Load more