Materi Khutbah Idul Adha 2025: Memberikan Daging Menyampaikan Cinta, Hikmah Kurban yang Dilupakan
- Freepik
tvOnenews.com - Dalam teks khutbah Idul Adha, hikmah kurban yang kerap kali dilupakan sebagai materi dan pengingat penting bagi umat Islam.
Hikmah kurban dalam materi teks khutbah Idul Adha lebih membahas pembagian daging hasil dari penyembelihan hewan kurban sering disalahartikan, sehingga esensi ibadah kurban menjadi keliru.
Kebutuhan penyajian materi teks khutbah Idul Adha ini bisa menjadi bahan khatib berceramah setelah sesi shalat Id pada Hari Raya Idul Adha 2025 yang diprediksikan jatuh pada Jumat, 7 Januari 2025.
Adapun judul teks khutbah Idul Adha ini, yakni "Memberikan Daging Menyampaikan Cinta, Hikmah Kurban yang Dilupakan".
Teks Khutbah Idul Adha: Memberikan Daging Menyampaikan Cinta, Hikmah Kurban yang Dilupakan
- iStockPhoto
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.
Hadirin jemaah shalat Id rahimahumullah, segala puji bagi Allah SWT yang selalu menumpahkan nikmat iman dan Islam kepada kita semua, sehingga kita kembali diberikan kesempatan menyemarakkan Hari Raya Idul Adha pada 2025, hari di mana umat Islam di seluruh dunia mengenang ketaatan agung Nabi Ibrahim AS dan pengorbanan mulia Nabi Ismail AS.
Tak lupa, marilah kita senantiasa mengucap sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi terakhir menjadi sang teladan mengajarkan arti kepedulian dan memberikan cinta kasih kepada umat Islam.
Saudaraku yang dikaruniai Allah
Pada kesempatan hari ini, kita akan menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban menyembelih hewan kurban.
Namun, dalam penyembelihan hewan kurban, bukan hanya tentang melihat darah dan daging yang mengalir.
Di balik ritual ini, Allah SWT menyimpan pelajaran dan nilai-nilai kemanusiaan yang begitu dalam. Kurban bukan hanya persoalan menyembelih hewan, namun sesungguhnya ibadah ini adalah simbol yang begitu berarti melibatkan hawa nafsu, egoisme, dan kecintaan berlebihan terhadap dunia.
Jika kita kembali mengingat pada sebuah kisah masyhur, Nabi Ibrahim AS dengan ketaatannya kepada Allah SWT harus mau tak mau menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS.
Tidak hanya mengacu pada ketaatan Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS sebagai anaknya dengan ikhlas dan bersedia dirinya jika ditakdirkan untuk disembelih oleh ayah tercintanya.
Ini bukan semata soal pengorbanan fisik, tapi tentang penyerahan diri total kepada kehendak Ilahi. Maka dari itu, kurban adalah latihan ruhani sekaligus sosial bagi umat Islam sepanjang masa.
Dalam potongan redaksi Surah Al-Hajj Ayat 37, Allah SWT berfirman:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
Artinya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS. Al-Hajj: 37).
Ayat ini menjadi fondasi penting dan dapat diartikan kurban tidak sekadar ibadah seberapa banyak mengumpulkan daging saja atau seberapa besar hewan yang disembelih, tetapi menempatkan adanya empati sosial.
Sebagai umat Islam, kita membagikan daging kurban sesungguhnya bukan sekadar rutinitas, tetapi misi cinta sosial yang sering kita lupakan.
Mungkin bagi sebagian dari kita, makan daging adalah hal biasa, namun bagi sebagian saudara kita, daging hanya bisa dirasakan mereka setahun sekali, tepatnya pada Hari Raya Idul Adha.
Maka saat kita mengantarkan daging ke rumah mereka, sejatinya kita mengantarkan cinta, perhatian, dan kepedulian.
Sayangnya, makna ini sering kali terabaikan. Banyak dari kita terjebak pada aspek teknis "berapa kilo daging dibagikan? Hewan mana yang paling mahal?". Teknis seperti ini melupakan pada sentuhan kemanusiaan di dalamnya.
Kadang kita lupa bahwa, senyum saat memberi dan doa yang menyertai pemberian lebih menyentuh hati dibanding daging itu sendiri.
Idul Adha harus menjadi momen untuk meruntuhkan tembok sosial, mempererat ukhuwah antara si kaya dan si miskin, antara yang memberi dan menerima.
Maka diartikan, kurban adalah ibadah yang mempersatukan umat, bukan memisahkannya dengan status sosial atau kebanggaan materi.
Jemaah sekalian yang dirahmati Allah
Maka dari itu, marilah kita menghidupkan kembali ruh kurban dengan aspek ikhlas dalam memberi, tulus dalam berbagi, dan selalu mengingat bahwa setiap daging yang kita antarkan adalah amanah untuk menyampaikan cinta dari Allah kepada hamba-Nya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd.
Semoga Allah menerima kurban kita, menanamkan cinta dalam hati kita, dan menjadikan Idul Adha ini sebagai titik balik untuk lebih peduli dan saling mencintai sebagai sesama Muslim.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ. إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
(hap)
Sumber Referensi: Quran Kementerian Agama RI, NU Online, Tafsir Al-Misbah karya Prof. Quraish Shihab, Buku Ensiklopedia Ibadah karya Wahbah Zuhaili.
Load more