Perintah Allah tentang Bumi: Amanah yang Harus Dijaga Umat Islam
- pexels
tvOnenews.com - Hari Bumi diperingati setiap tanggal 22 April. Bumi bukan hanya tempat berpijak bagi manusia, tetapi juga merupakan amanah dari Allah SWT. Dalam ajaran Islam, bumi dan seluruh isinya adalah ciptaan Allah yang penuh hikmah. Ia bukan untuk dieksploitasi sewenang-wenang, melainkan untuk dipelihara, dimakmurkan, dan dijaga keberlanjutannya.
Islam tidak memisahkan antara hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan manusia dengan lingkungan (hablum minal 'alam). Maka, merusak bumi sejatinya adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah ilahi.
Bumi: Tanda Kekuasaan dan Karunia Allah
Allah banyak menyebutkan bumi dalam Al-Qur’an sebagai tanda kebesaran-Nya. Di antara ayat-ayat yang mengisyaratkan hal itu adalah:
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya: (Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 22)
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۗذٰلِكَ ظَنُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنَ النَّارِۗ
Artinya: Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya secara sia-sia. Itulah anggapan orang-orang yang kufur. Maka, celakalah orang-orang yang kufur karena (mereka akan masuk) neraka.(QS. Shad: 27)
Bumi diciptakan bukan tanpa tujuan. Ia menjadi tempat bagi manusia untuk beribadah, mengambil manfaat, dan memakmurkan kehidupan. Setiap pohon, gunung, sungai, dan binatang memiliki posisi tersendiri dalam tatanan ciptaan Allah.
Manusia sebagai Khalifah di Bumi
Salah satu tugas utama manusia adalah menjadi khalifah (pemimpin) di bumi. Allah SWT berfirman:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Sebagai khalifah, manusia tidak boleh merusak bumi. Mereka diberi kebebasan untuk mengelola dan mengambil manfaat, tetapi dengan batas dan tanggung jawab moral.
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al-A’raf: 56)
Larangan Merusak dan Perintah Memakmurkan
Islam mengecam segala bentuk perusakan lingkungan, baik yang terlihat maupun yang tidak. Penebangan hutan liar, pencemaran air, udara, eksploitasi berlebihan, hingga pemborosan energi, semuanya masuk dalam kategori “fasad fil ardh” (kerusakan di bumi).
Sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk memakmurkan bumi (i'mar al-ardh) dengan menanam pohon, menjaga keseimbangan ekosistem, serta membangun peradaban yang ramah lingkungan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Jika kiamat terjadi sementara di tangan salah seorang dari kalian ada bibit tanaman, maka jika ia mampu menanamnya sebelum kiamat datang, hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad)
Namun sayangnya, di zaman modern, manusia justru semakin abai terhadap amanah ini. Maka kadang terjadi banjir, polusi, perubahan iklim, dan bencana ekologis lainnya.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini adalah pengingat agar manusia tidak sombong dalam mengelola alam dan selalu mengembalikan segalanya pada aturan dan tuntunan Allah.
Menjaga Bumi = Bagian dari Iman
Menjaga kebersihan, hemat air, mengurangi sampah plastik, menanam pohon, hingga bersikap bijak terhadap lingkungan adalah wujud nyata dari keimanan. Seorang Muslim yang benar-benar taat tidak akan tega merusak bumi yang Allah percayakan kepadanya.
Bahkan dalam ibadah pun, Islam mengajarkan konsep ramah lingkungan—seperti penggunaan air secukupnya dalam wudhu, larangan membuang sampah sembarangan, dan anjuran menjaga kebersihan.
Itulah pesan Al-Qur’an dan hadis akan pentingnya menjaga bumi yang merupakan titipan, bukan warisan. Umat Islam harus menyadari bahwa menjaga bumi adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Ketika manusia bersikap adil dan bijak terhadap lingkungan, maka bumi akan memberikan keberkahan.
Sebaliknya, jika manusia tamak dan lalai, maka bumi akan menjadi saksi atas kehancuran yang ditimbulkan oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.
Mari kita jaga bumi dengan iman, ilmu, dan amal. Karena menjaga bumi berarti menjaga masa depan generasi dan mengharap ridha dari Sang Pencipta. (put)
Load more