Shalat Subuh Setelah Matahari Terbit Memangnya Boleh? Ustaz Adi Hidayat dan Gus Baha Ungkap Hukumnya dari Kisah ini
- Kolase tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official & NU Online
tvOnenews.com - Shalat Subuh memiliki waktu pelaksanaannya sedari terbitnya fajar shadiq hingga matahari terbit di pagi hari.
Ketika matahari terbit, maka menunjukkan waktu shalat Subuh sudah berakhir. Hal ini menjadi tantangan bagi umat Muslim untuk beribadah di waktu fajar.
Kebanyakan umat Muslim tidak mengerjakan shalat Subuh karena tidur kebablasan hingga jam 7 pagi. Setelah bangun dari istirahatnya, sudah menunjukkan matahari terbit.
Namun, terkadang dari mereka ada yang tetap memaksakan shalat Subuh meskipun langit sudah cerah menandakan matahari terbit.
Terkait hal ini, apa hukum shalat Subuh setelah matahari terbit? Ustaz Adi Hidayat dan Gus Baha sepakat mengupas tuntas hukumnya dari kisah zaman Nabi Muhammad SAW.
- Freepik
Â
Hukum Shalat Subuh di Pagi Hari Penjelasan Ustaz Adi Hidayat
Dilansir tvOnenews.com dari channel YouTube Adi Hidayat Official, Selasa (1//4/2025), Ustaz Adi Hidayat menguraikan shalat Subuh yang dikerjakan telah melewati batas akhir waktunya.
Ustaz Adi Hidayat memahami shalat Subuh salah satu ibadah terberat. Pelaksanaannya berlangsung di tengah-tengah waktu makhluk hidup masih istirahat.
Namun demikian, Ustaz Adi Hidayat tidak menafikkan shalat Subuh yang dikerjakan pada pagi hari dianggap haram. Menurutnya, hal tersebut masih sah.
UAH sapaan akrabnya menyampaikan alasannya, misalnya shalat Subuh dikerjakan pada jam 7-8 pagi akibat telat bangun tidur masih sah, karena berkaitan dengan kisah Nabi Muhammad SAW.
"Jika seseorang itu kemudian bangun dari tidurnya melewati batas shalatnya, keluar sabda Nabi 'Itulah waktu shalatnya', tunaikan waktu shalat yang bangun dari tidur, itulah waktunya," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Direktur Quantum Akhyar Institute itu menuturkan bahwa, Nabi Muhammad SAW pernah mengerjakan shalat Subuh di pagi hari akibat telat bangun tidur.
Hukum shalat Subuh setelah matahari terbit masih sahih diperkuat oleh para ulama, karena merupakan ibadah yang wajib dan tidak boleh ditinggalkan.
"Para ulama hadits mengatakan, kalau dua rakaat ini tidak penting pada saat itu, mustahil dikerjakan, pasti Nabi akan langsung kepada shalat Subuh yang dua rakaat," jelas dia.
Menurutnya, ibadah Subuh di pagi hari tidak menjadi masalah apa pun apabila penyebabnya karena tak sengaja. Lantas, bagaimana jika sengaja melalaikan shalat Subuh?
"Misalnya seseorang terlampau lelah capek, tapi ingat bukan yang disengaja ya, bukan begadang nonton bola misalnya, kemudian ketiduran kemudian telat subuh, itu dosa," terangnya.
Ia menerangkan jika setelah bekerja seharian di malam hari, atau sibuk mengerjakan shalat sunnah malam, maka hukumnya tetap sah.
"Kemudian setelah itu Anda mandi, Anda kemudian shalat dulu, bahkan sempat Tahajud sampai setengah tiga, sudah itu tiduran, begitu bangun jam 7," tuturnya.
Hukum Shalat Subuh di Pagi Hari Penjelasan Gus Baha
Disadur tvOnenews.com dari channel YouTube Hilman Love Islam, Selasa, KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha membahas shalat Subuh yang diqadha karena terlampau kesiangan.
Gus Baha mengibaratkan hukum fikihnya dari anak sekolah terlambat datang ke sekolah untuk mengenyam pendidikan.
"Contohnya anak SD atau SMP sekolah jam satu siang, tapi baru datang jam empat sore, kalau bicara waktu normalnya tidak ada gunanya lagi, karena waktunya sudah lewat," kata Gus Baha.
Gus Baha menyebutkan bahwa, analogi tersebut diibaratkan sama dengan shalat Subuh yang telat bangun tidur akibat kesiangan.
"Padahal shalat kan punya waktunya juga," tegasnya.
Senada dengan Ustaz Adi Hidayat, Gus Baha menegaskan, shalat Subuh karena telat bangun tidur tidak ada masalah apa pun, dengan catatan hukumnya sah jika tak dipengaruhi faktor kesengajaan.
Terkait hukum shalat Subuh di jam 7 pagi atau setelah matahari terbit, Gus Baha mengambil kisah dari Nabi Muhammad SAW dan Bilal bin Rabah saat melakukan perjalanan di malam hari.
Kisah Nabi Muhammad SAW dan Bilal bin Rabah Shalat Subuh Kesiangan
Ustaz Adi Hidayat dan Gus Baha menceritakan ketika Rasulullah SAW dan para sahabat telat shalat Subuh karena Bilal bin Rabah.
Mereka terpaksa harus mengqadha shalat Subuh. Hal ini bermula saat perbincangan Rasulullah SAW bersama Bilal bin Rabah.
Rasulullah SAW meminta satu hal kepada Bilal bin Rabah setelah mengerjakan shalat Tahajud saat melakukan perjalanan.
Rasulullah SAW kala itu tak kuasa menahan rasa kantuknya, sehingga memberikan perintah Bilal untuk begadang agar beliau dan para sahabat menunaikan shalat Subuh tepat waktu.
Lantas, bagaimana jawaban Bilal bin Rabah? Ia menerima tawaran dari Rasulullah SAW, bahkan meminta Nabi SAW untuk segera tidur agar shalat Subuh dalam kondisi segar tanpa mengantuk.
"Tidur saja ya Rasulullah, kebetulan ini juga mau mengisi shalat malam sampai Subuh, tenang saja," kata Bilal bin Rabah.
Bilal bin Rabah kebetulan juga melanjutkan shalat sunnah malamnya berdalih masih kuat begadang. Namun, sang sahabat seakan-akan melanggar perintah Rasulullah SAW.
Bilal bin Rabah juga ketiduran selepas shalat sunnah malam akibat sulit menahan rasa kantuknya, sehingga ia kebablasan bangun tidur di waktu pagi hari.
Rasulullah SAW pun terbangun dari tidurnya. Namun, beliau kaget karena waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi di mana kondisi matahari sudah terbit dan langit sangat terang.
Rasulullah SAW langsung kecewa terhadap Bilal bin Rabah dan mengingatkan sang sahabat bahwa di pertengahan malam sudah berjanji akan membangunkan beliau saat adzan Subuh tiba.
"Aku belum pernah sekali pun merasakan (rasa kantuk) seperti ini sebelumnya," jawab Bilal bin Rabah kepada Rasulullah SAW.
Kekecewaan Rasulullah SAW tidak berlarut begitu lama. Beliau langsung memberikan perintah kepada Bilal bin Rabah untuk mengambil air Wudhu.
Kendati demikian, Rasulullah SAW memperintahkan Bilal memimpin sekaligus mendahulukan shalat qabliyah Subuh sebelum mengerjakan ibadah wajibnya.
"Andaikan Nabi tidak pernah mengqadha, maka cara orang berpikir (tidak bisa) karena waktunya sudah berlalu, apalagi sampai berpendapat percuma saja karena malaikat tidak akan mencatat lagi dan sudah menyelesaikan tugasnya," terang Gus Baha.
"Terus buat apa (mengerjakan) shalat? Jika yang mencatat (malaikat) sudah menutup bukunya? Karena logika waktu itu, kalau momennya kelewat berarti selesai," lanjutnya menegaskan.
"Namun, Islam bukan seperti itu, apalagi kisah ini berhubung dengan Nabi SAW pernah qadha shalat juga," tutup Gus Baha.
(hap)
Load more