tvOnenews.com - Bulan Ramadhan adalah saat dimana umat Islam berlomba-lomba memenuhi kantong amal ibadahnya dengan amal-amal yang baik. Terlebih pada 10 malam terakhir, umat Islam dianjurkan semakin memperbanyak ibadah karena akan ada satu malam istimewa bernama Lailatul Qadar.
Wahbah Zuhaili dalam kitabnya memaparkan bahwa bulan Ramadhan adalah tuan dari bulan-bulan yang lain yang pada bulan tersebut merupakan permulaan turunnya Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad SAW.
Ramadan tidak hanya sekelumit tentang kewajiban puasa belaka. Pada bulan tersebut amal-amal kebaikan dilipatgandakan derajat pahalanya.
Selain itu, salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah terjadinya hari yang lebih baik dari seribu bulan yakni Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar menjadi epic moment dalam sepanjang kehidupan umat Islam, malam yang menjadi bertumpunya harapan-harapan manusia muslim.
Harapan itu sangat beragam, mungkin harapan untuk mendapat derajat mulia di sisi Allah swt, harapan untuk memperoleh pahala, harapan untuk mempunyai waktu bermesraan secara khusus kepada Sang Pencipta, atau beberapa harapan yang lebih sederhana, seperti hal-hal duniawi, kekayaan, kesuksesan hidup, perjodohan, atau ingin terbebas dari kesulitan hidup yang bermacam-macam.
Namun, Lailatul Qadar selalu menjadi malam yang penuh misteri, kapan tepatnya malam itu terjadi, kita hanya mampu menebak-nebak dan senantiasa tetap beribadah di sepanjang malam bulan Ramadhan.
Beberapa diantara kita mungkin ada yang pernah mendapat kabar atau mengabarkan bahwa kita pernah mengalami atau mendapati hikmah dari Lailatul Qadar.
Akan tetapi, perasaan seperti itu muncul disertai keraguan-keraguan di hati kita. Hal ini tidak lain adalah sebab keberadaan Lailatul Qadar hanya diinformasikan tanpa formula yang jelas seutuhnya. Sedangkan secara umum, manusia memahami formula dari suatu peristiwa adalah secara fisik maupun sosial yang dialami sehari-hari.
Namun, keberadaan misteri Lailatul Qadar dan kekurangpahaman kita tentang keberadaanya tak menyurutkan kita untuk senantiasa berbahagia menyongsongnya, mendambakannya, menghayatinya, merindukannya, serta selalu berusaha mengalami malam mulia tersebut.
Kita tidak sepenuhnya memahami apa yang disampaikan oleh “wa Mā Adrāka Mā Laylatul Qadr?”.
Pengetahuan yang kita miliki hanya sebatas literatur-literatur yang dipaparkan oleh para ulama penafsir Al-Qur`an, atau pengalaman dari para Kiai yang pernah mengalami kemesraan pada Lailatul Qadar, atau hanya sebatas khayalan-khayalan yang kita gemakan di kepala kita.
Sepanjang tahun kita hanya terus meyakini, mencari, merindukan dan mengantri untuk bertemu dan menyelami Lailatul Qadar.
Ada beberapa hal yang mendasari di balik tersamarkannya keberadaan Lailatul Qadar. Beberapa di antaranya yakni:
Pertama, Lailatul Qadar disamarkan sebagaimana Allah SWT menyamarkan beberapa hal seperti kita tidak tahu doa mana yang diijabah oleh-Nya dari sekian banyak doa yang kita panjatkan sehingga kita tidak berhenti berdoa.
Kedua, dikaburkannya informasi Lailatul Qadar bertujuan agar kita, manusia muslim ini bersungguh-sungguh mendekatkan diri dan bermesraan kepada Sang Khaliq, sehingga nantinya kita mendapatkan pahala kesungguhan tersebut.
Ketiga, bagi seorang hamba yang meyakini keberadaan Lailatul Qadar akan tetapi ia tidak mengetahui pasti kapan Lailatul Qadar akan terjadi, maka ia akan senantiasa melakukan kesungguhan beribadah sepanjang malam Ramadhan dengan harapan ia akan mendapatkan hikmah dari Lailatul Qadar (al-Rāzī).
Dalam beberapa literatur klasik waktu-waktu terjadinya Lailatul Qadar adalah pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Lailatul Qadar hanya tertentu pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan pada setiap bilangan ganjil (Fiqh al-Islami Wa Adillatuh). Pendapat yang diunggulkan adalah Lailatul Qadar terjadi pada tanggal 27 Ramadhan.
Namun tetap saja penjelasan-penjelasan tersebut tidak dapat memastikan kapan terjadinya Lailatul Qadar. Pada dasarnya, kesamaran terjadinya Lailatul Qadar juga merupakan kuasa Allah SWT.
Akan tetapi, salah satu tanda yang diredaksikan dalam Q.S al-Qadr adalah pada malam tersebut telah diturunkan al-Qur`an.
Pemahaman tentang keberadaan Lailatul Qadar banyak terjadi perbedaan di kalangan para ulama. Perbedaan ini masing-masing juga memiliki dalil-dalil yang kuat dan tidak sembrono.
Kemuliaan Lailatul Qadar bisa kita peroleh dengan sebuah kesungguhan dan keyakinan. Selaras dengan penyambutan Ramadhan yang sudah kita lakukan sejak 2 bulan sebelumnya.
Persiapan menyambut bulan Ramadhan kita siapkan secara mental dan spiritual. Semoga kesungguhan dan husnudhan kita akan dihampiri oleh Lailatul Qadar.
Oleh karena itu, marilah kita semangat dalam mengejar malam Lailatul Qadar.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mengejar Lailatul Qadar adalah dengan itikaf atau berdiam diri di masjid.
Saat itikaf, setiap muslim dianjurkan melakukan berbagai amalan, seperti shalat, tadarus Al-Qur’an dan dzikir.
Amalan utama dalam menjemput Lailatul Qadar adalah shalat dan membaca doa.
Berikut doa malam Lailatul Qadar yang oleh Rasulullah SAW kepada istrinya Aisyah RA.
Berikut doanya yang ada dalam riwayat HR Tirmidzi.
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Baca: Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annī ('annā jika dibaca berjamaah)
Artinya: "Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku (maafkanlah kami)." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dari Aisyah).
Doa tersebut harus dipanjatkan dari hati dan harus dilakukan dengan tawadhu.
Penulis: Abdullah Hadani - Santri Nahdlatul Ulama (NU)
Load more