وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُوْلُ : (( مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الغَيْبِ إِلاَّ قَالَ المَلَكُ : وَلَكَ بِمِثْلٍ )) . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
“Tidaklah seorang hamba berdoa untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya kecuali malaikat berkata: ‘Dan untukmu juga yang semisalnya.” (HR. Muslim)
Misalnya jika kita iri dengan keberhasilan seseorang, cobalah untuk berdoa, "Ya Allah, berkahilah rezekinya dan tambahkan keberkahan dalam hidupnya. Dan berikanlah aku rezeki yang halal dan berkah sesuai dengan yang Engkau tetapkan untukku."
Dengan mendoakan orang lain, hati kita akan lebih tenang dan terbebas dari rasa dengki. Ini juga membantu kita menumbuhkan sifat ikhlas dan empati, serta mengingatkan bahwa rezeki dan keberhasilan datang dari Allah, bukan dari usaha manusia semata.
Jika kita konsisten dalam mendoakan orang yang kita iri, lama-kelamaan rasa iri itu akan berubah menjadi perasaan tulus untuk ikut bahagia atas kebahagiaan orang lain. Inilah salah satu bentuk pembersihan hati yang diajarkan dalam Islam.
Mengendalikan rasa iri bukan hal yang instan, tapi bisa dilatih dengan banyak bersyukur, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, dan mendoakan mereka yang kita iri. Dengan begitu, hati kita akan lebih tenang, hidup terasa lebih damai, dan kebahagiaan pun datang dengan sendirinya. Ingat, bahagia bukan soal memiliki segalanya, tapi tentang mensyukuri dan menikmati apa yang sudah kita miliki. Maka mari kita mulai latih hati kita agar lebih bersyukur dan menjalani hidup dengan lebih positif. (put)
Artikel ini diambil dari tulisan Mahasantri Cinta Quran Center
Load more