Kisah Hercules Cerita ke Santri Gus Miftah, Akui Mau Mati Terjebak di Dunia Hitam dan Kini Berpegang Teguh dengan Islam
- Kolase ANTARA & tvOnenews.com/Julio Trisaputra
Perjudian menjadi senjata pamungkas Hercules bagaimana bisa mendapat uang yang begitu besar. Cara memperolehnya harus menang dalam pertarungan yang sengit.
Hasil dari pertarungan ini akan memperoleh jatah uang yang nominalnya sangat menggiurkan, perkara dari perjudian.
Meski begitu, Hercules sangat menghindari kegiatan apa yang bisa merugikan dirinya sendiri, seperti halnya pencurian, mencopet, penipuan, bahkan memeras uang orang lain.
Ia sempat menegaskan saat berani bersaksi di sebuah momen pengadilan, tidak ingin dicap sosok yang sangat buruk dengan cara merugikan orang lain.
"Apabila saya, kalau Hercules pernah meras orang, saya bahkan siap mendapat hukuman setimpal dihukum mati waktu itu juga," tegas dia sambil mengutip ucapan di pengadilan.
Pengalaman di dunia hitam menjadi pengalaman tak terlupakannya juga dibagikan Hercules. Ia mengatakan pernah merasakan sakit yang dihasilkan dari peluru menancap ke tubuhnya.
"Saya juga pernah merasakan ditembak hanya jarak satu meter dengan beberapa peluru, tapi itu bukan sekali saja melainkan beberapa kali. Mata sebelah kanan saya merasakan enam peluru," bebernya.
Gus Miftah yang berada di sebelahnya merasa heran dan langsung bertanya mengapa Hercules sangat kebal.
"Saya heran, kenapa dibacok bahkan ditembak berkali-kali, tapi Maung enggak mati-mati? Rahasia ilmunya apa itu?," tanya Gus Miftah.
Hercules langsung menyeletuk kemungkinan masih belum ditakdirkan untuk menghadap Tuhan, meskipun merasakan sakit luar biasa akibat peluru dari senjata mengganas ke tubuhnya.
"Keren bro," takjub Gus Miftah diiringi tepuk tangan para jemaah yang hadir.
- Kolase ANTARA/Indrianto Eko Suwarso & Tim tvOnenews
Hercules bahkan saat ini berpegang teguh dengan ajaran agama Islam sejak memutuskan mualaf. Dunia hitam hanya menjadi pengalaman masa lalunya.
Ia juga mempunyai kisah sebagai sang preman legendaris tidak pernah ketinggalan menjalankan puasa, setelah belasan tahun merasakan kehidupan yang pahit di jalanan.
Hal ini bermula dari gaya pakiannya terlihat sopan santun, bahkan sering mengenakan peci ketika berusaha menemui para ulama untuk belajar agama Islam.
Load more