tvOnenews.com - Sajadah memiliki fungsi untuk shalat bukan hal yang asing bagi umat Muslim.
Sajadah menjadi salah satu alas untuk umat Muslim saat sujud shalat.
Tujuan mereka menggunakan sajadah saat shalat agar terhindar dari permukaan yang kotor atau tidak suci.
Namun masih banyak yang bertanya-tanya terkait sajadah harus diwajibkan ketika shalat.
Pertanyaannya, apakah syarat shalat harus menggunakan sajadah? Pendakwah, Buya Yahya menjelaskan terkait hal tersebut.
Ilustrasi sujud saat shalat di atas sajadah. (Pexels/RDNE Stock project)
Dilansir tvOnenews.com dari YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya sedang mengisi kajian tentang penggunaan sajadah saat shalat.
Buya Yahya mengungkapkan sajadah tidak jadi patokan untuk shalat.
"Jangan menjadikan shalat itu harus pakai sajadah, maka nya kadang kami itu kalau diberi sajadah di sebuah tempat yang sedikit kotor misalnya shalat di tanah," kata Buya Yahya.
"Kalau dikasih sajadah khawatir dikira oleh orang lain shalat harus pakai sajadah kadang harus kita singkirkan untuk memberi contoh," sambungnya.
Pendakwah itu menganggap seseorang bisa shalat tanpa pakai sajadah di berbagai kondisi manapun.
"Anda bisa shalat dimana pun tanpa sajadah,” ucapnya.
Tak hanya itu, ia menilai kalau seluruh tempat di bumi sebagai ciptaan Allah SWT yang masih suci.
"Sebab bumi Allah bersih. Bisa di padang pasir, padang rumput, di mana saja tidak pakai sajadah. Sah," lanjutnya.
Bagi perempuan yang berpakaian tertutup juga tidak masalah jika tak menggunakan mukena.
"Ibu-ibu dengan baju Muslimahnya, sudah sangat cocok oke, tidak harus pakai mukena. Ini himbauan agar tidak meninggalkan shalat, ternyata mendapatkan keutamaan berkali lipat," jelasnya.
Menurutnya, penggunaan sajadah termasuk bentuk akhlak, bentuk menghormati orang.
Namun harus ada tujuan baik jika ingin melakukan kebaikan dengan memberikan sajadah kepada orang yang sedang shalat.
"Ingin menghormati orang dengan memberikan sajadah. Cuman kadang memberikan tanpa perasaan, dikasih yang bekas kaki, atau sajadah sudah tidak dicuci sebulan," paparnya.
"Jadi Anda ingin berniat baik harus pikir-pikir dulu, sajadah Anda ini layak atau tidak," tambahnya.
Penggunaan sajadah juga harus diperhatikan, apakah mengganggu orang dan jamaah lain?
Jika hal itu mengganggu sebaiknya jangan menggunakan sajadah.
"Kemudian kadang sajadahnya terlalu besar, melebihi dari batas tubuh Anda. Orang mau nginjak gaenak, takut tidak diizinkan. Akhirnya shafnya jadi tidak beraturan," tuturnya.
Jika menemukan suatu tempat untuk shalat sekiranya mengganggu dan tidak khusyuk, khususnya sujud, maka diperbolehkan menggunakan sajadah.
"Cuman kadang tempat itu terlihat tidak nyaman, mungkin aroma atau kotor dan mengganggu sujud, Kalau sujud nggak khusyuk, ya mungkin dikasih suatu alas atau tisu dan sebagainya," ungkapnya.
Selain itu, Buya Yahya juga menjelaskan penggunaan sajadah yang bergambar membuat ibadah jadi makruh potensi berkhayal saat ibadah.
"Apalagi sajadahnya bergambar, malah makruh nanti. Akhirnya shalat sambil berkhayal. Sehingga Nabi ketika melihat sajadah yang bergambar, beliau menyingkirkannya," tutupnya.
Jadi kesimpulannya sajadah bukan syarat sah dalam shalat. Apalagi jika itu berpotensi tidak khusyuk, lebih baik jangan menggunakan sajadah.
Jika penjelasan di atas masih kurang sebaiknya konsultasi atau dengar kajian dari para ulama, kyai, ustaz hingga tokoh agama agar penafsirannya terjawab.
Wallahu A'lam Bishawab.
(luthfi/hap)
Load more