“Dalam konteks ini, mereka adalah subkultur yang ada di masyarakat, di mana terkadang jika mereka mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma menyimpang, (mereka) akan menjadi subkultur menyimpang,” imbuhnya.
Terkait dengan kemunculan Jogja Gelut Day akibat kurang efektifnya aparat keamanan, Tuti mengungkapkan bahwa persoalan menjaga ketertiban sosial merupakan tanggung jawab bersama masyarakat.
“Justru dengan hadirnya Jogja Gelut Day menunjukkan keberfungsian civil society yang berasal dari kelompok sosial yang memiliki kepedulian tertib masyarakat. Jika semua masalah sosial semuanya dibebankan pada aparat keamanan, saya rasa akan menjadi beban berat juga bagi mereka,” ujarnya. (msi/act)
Load more