Riba, Film Horor Paling Mencekam 2025? Kisah Nyata, Kutukan, dan Teror Getih Anak
- Tangkapan layar Cineplex
Walau proses produksi film ini turut dipublikasikan dalam berbagai kegiatan promosi sebelumnya, esensi utama pernyataan para pembuat film tetap relevan ketika membahas arah dan niat kreatif mereka.
“Kami ingin menghadirkan cerita horor yang menegangkan sekaligus menggugah hati penonton. Tidak disangka, reaksi penonton ternyata seperti yang kami harapkan. Kami berharap film Riba bisa menghadirkan pengalaman menonton horor yang berbeda di hati para penikmat film Indonesia,” ujar Produser Titin Suryani.
Pernyataan ini terasa konsisten dengan nuansa film yang tidak hanya menawarkan jumpscare, tetapi juga membangun horor dari konflik keluarga, tekanan ekonomi, dan ketakutan manusia yang sangat realistis.
Salah satu aspek menarik film ini adalah fokusnya pada dinamika keluarga. Teror dalam “Riba” tidak berdiri sendiri, tetapi tumbuh dari hubungan yang retak, rasa bersalah, dan ketakutan kehilangan.
Sugi digambarkan sebagai ayah yang terjebak antara ambisi dan kenyataan pahit. Rohmah membawa kekuatan emosional tersendiri dengan berbagai tekanan yang ia alami. Kehadiran karakter Lastri dan anak-anak menambah kedalaman sisi kemanusiaan dalam cerita.
Konflik batin, tekanan ekonomi, dan godaan pesugihan menjadi inti yang membuat film ini lebih dari sekadar horor bertema supranatural; ia menyentuh isu nyata di masyarakat.
Sutradara Adhe Dharmastriya, yang dikenal melalui “Modus”, “Iblis dalam Kandungan”, dan “Bangsal Isolasi”, menunjukkan sentuhan khas: horor yang dibangun dari atmosfer, bukan semata-mata kejutan visual.
Pencahayaan gelap, ambience mencekam, serta desain suara memainkan peran besar dalam memandu emosi penonton. Adaptasi dari thread ke film juga dilakukan cukup rapi, membuat narasi tetap mudah diikuti meski membawa banyak elemen dari sumber asli.
Bukan hanya film horor yang menakuti, tetapi juga mengajak penonton merenung tentang pilihan dan konsekuensi. Dengan cerita yang diangkat dari kisah nyata viral, film ini menghadirkan pengalaman menonton yang personal, emosional, dan mengusik. (udn)
Load more