Review Film 23 Seconds: Ketegangan 23 Detik yang Menggetarkan Dunia, Film Laga Indonesia yang Bikin Bangga di Panggung Internasional
- instagram Dewapictures
Selain itu, 23 Seconds juga tercatat dalam daftar Official Selection di Austin Action Fest and Market. Deretan pencapaian ini menjadi bukti konkret bahwa film aksi Indonesia kini tak lagi dipandang sebelah mata di ranah internasional.
Sebagai penulis sekaligus sutradara, Peter Taslim menegaskan bahwa keberhasilan ini bukan hanya milik Dewa Pictures, melainkan kemenangan seluruh insan perfilman Indonesia.
“Dunia perfilman Indonesia akan melihat dan menilai ketika kami berani menembus batas atau keluar dari zona nyaman. Berbagai penghargaan ini bukan kemenangan Dewa Pictures, tapi kemenangan seluruh insan kreatif Indonesia,” ujarnya.
Pernyataan itu menggambarkan semangat baru yang tengah tumbuh di kalangan sineas lokal—keberanian untuk bereksperimen dan menghadirkan ide orisinal.
Menariknya, 23 Seconds melibatkan kolaborasi lintas negara, dengan komposisi 50 persen aktor Indonesia dan 50 persen aktor Thailand. Kolaborasi ini tak hanya memperkaya karakter dalam film, tetapi juga memperlihatkan bahwa sinema Asia kini semakin solid dan saling mendukung di kancah global.
Dari aspek teknis, sinematografi film ini memanjakan mata dengan pengambilan gambar yang dinamis, serta pengeditan ritmis yang membuat tiap adegan laga terasa hidup. Peter Taslim sendiri bukan sosok baru dalam dunia olahraga.
Sebelum berkarier di film, ia dikenal sebagai mantan atlet judo nasional yang selama dua dekade membawa nama Indonesia di kejuaraan dunia dan Asia. Pengalaman itu membentuknya menjadi pembuat film yang memahami esensi pertempuran bukan sekadar fisik, tetapi juga mental dan spiritual.
- instagram Dewapictures
Kini, selain aktif di dunia perfilman, Peter juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum di MMA Amatir GAMMA (Global Association of Mixed Martial Arts) Indonesia dan pengurus besar di PB PJSI (Persatuan Judo Seluruh Indonesia).
Dengan semua elemen tersebut, 23 Seconds layak disebut sebagai tonggak baru kebangkitan sinema laga Indonesia. Film ini tidak hanya menampilkan adu otot, tapi juga adu nilai, adu prinsip, dan perjuangan manusia untuk tetap berdiri meski jatuh berkali-kali. (udn)
Load more