Review Film 23 Seconds: Ketegangan 23 Detik yang Menggetarkan Dunia, Film Laga Indonesia yang Bikin Bangga di Panggung Internasional
- instagram Dewapictures
tvOnenews.com - Film 23 Seconds karya Peter Taslim muncul sebagai napas baru dalam lanskap sinema laga Indonesia. Di tengah gempuran film aksi luar negeri, hadirnya film ini menjadi bukti bahwa produksi dalam negeri mampu berdiri sejajar, bahkan menembus batas-batas global.
Dengan menggabungkan genre drama, olahraga, dan aksi bela diri, 23 Seconds tak hanya menonjol karena koreografi pertarungannya yang intens, tetapi juga karena kekuatan cerita dan identitas budaya yang melekat kuat.
Tren film laga lokal memang tengah menanjak. Penonton mulai merindukan aksi yang otentik, dengan ciri khas gerak dan emosi khas Indonesia. Sebut saja The Raid (2011) karya Gareth Evans yang pernah membuka jalan bagi perfilman laga Tanah Air di panggung dunia.
Kini, lebih dari satu dekade kemudian, 23 Seconds meneruskan tongkat estafet tersebut dengan pendekatan yang lebih humanis dan modern.
Melansir dari YouTube Dewa Pictures, mengangkat kisah persahabatan, pengorbanan, dan perjuangan hidup, film ini tidak sekadar menyuguhkan adegan perkelahian, tetapi juga mengajak penonton memahami filosofi di balik setiap pukulan dan jurus yang dilontarkan.
Kekuatan film ini terletak pada kemampuannya memadukan unsur teknis dan emosional. Koreografi pertarungan yang memukau hadir lewat ragam bela diri seperti Silat, Judo, Muaythai, hingga MMA. Namun yang membuatnya istimewa adalah kehadiran Pencak Silat sebagai elemen utama, menghadirkan warna lokal yang kuat dan mempertegas jati diri bangsa.
Unsur drama keluarga dan persahabatan disisipkan dengan halus, menjadikan 23 Seconds lebih dari sekadar film laga, ia adalah potret keteguhan hati dan semangat pantang menyerah.
Film ini digarap oleh Dewa Pictures dan sukses menorehkan sederet penghargaan internasional. 23 Seconds meraih Best Action Film di Star City Film Festival di Iowa (2025), serta menyabet Best Martial Arts Movie dan Best Director di Bollywood Hollywood Film Festival di Las Vegas pada Oktober 2025.
Tak berhenti di situ, film ini juga membawa pulang Best Martial Arts Film dari Urban Action Showcase International Action Film Fest di New York, serta menerima Mention d’Honneur dari Milano International FICTS Festival di Milan.
Selain itu, 23 Seconds juga tercatat dalam daftar Official Selection di Austin Action Fest and Market. Deretan pencapaian ini menjadi bukti konkret bahwa film aksi Indonesia kini tak lagi dipandang sebelah mata di ranah internasional.
Sebagai penulis sekaligus sutradara, Peter Taslim menegaskan bahwa keberhasilan ini bukan hanya milik Dewa Pictures, melainkan kemenangan seluruh insan perfilman Indonesia.
“Dunia perfilman Indonesia akan melihat dan menilai ketika kami berani menembus batas atau keluar dari zona nyaman. Berbagai penghargaan ini bukan kemenangan Dewa Pictures, tapi kemenangan seluruh insan kreatif Indonesia,” ujarnya.
Pernyataan itu menggambarkan semangat baru yang tengah tumbuh di kalangan sineas lokal—keberanian untuk bereksperimen dan menghadirkan ide orisinal.
Menariknya, 23 Seconds melibatkan kolaborasi lintas negara, dengan komposisi 50 persen aktor Indonesia dan 50 persen aktor Thailand. Kolaborasi ini tak hanya memperkaya karakter dalam film, tetapi juga memperlihatkan bahwa sinema Asia kini semakin solid dan saling mendukung di kancah global.
Dari aspek teknis, sinematografi film ini memanjakan mata dengan pengambilan gambar yang dinamis, serta pengeditan ritmis yang membuat tiap adegan laga terasa hidup. Peter Taslim sendiri bukan sosok baru dalam dunia olahraga.
Sebelum berkarier di film, ia dikenal sebagai mantan atlet judo nasional yang selama dua dekade membawa nama Indonesia di kejuaraan dunia dan Asia. Pengalaman itu membentuknya menjadi pembuat film yang memahami esensi pertempuran bukan sekadar fisik, tetapi juga mental dan spiritual.
- instagram Dewapictures
Kini, selain aktif di dunia perfilman, Peter juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum di MMA Amatir GAMMA (Global Association of Mixed Martial Arts) Indonesia dan pengurus besar di PB PJSI (Persatuan Judo Seluruh Indonesia).
Dengan semua elemen tersebut, 23 Seconds layak disebut sebagai tonggak baru kebangkitan sinema laga Indonesia. Film ini tidak hanya menampilkan adu otot, tapi juga adu nilai, adu prinsip, dan perjuangan manusia untuk tetap berdiri meski jatuh berkali-kali. (udn)
Load more