Tak Mau Sembunyikan Lagi, Angelina Sondakh Buka Borok DPR di Zamannya, Ternyata Kenyataannya itu Bikin Geleng-geleng Kepala: Kalau Mau Tahu...
- Kolase foto tvOnenews.com / YouTube TRANS TV Official
tvOnenews.com - Angelina Sondakh tiba-tiba saja mencuri publik setelah berani buka-bukaan soal pengalaman dirinya saat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Angelina Sondakh pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2004–2009 dan terpilih kembali periode 2009–2014.
Namun, karier politiknya harus terhenti ketika ia terbukti bersalah dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet SEA Games 2011.
Mantan anggota Fraksi Partai Demokrat itu pun menjalani hukuman penjara selama 10 tahun.
![]()
Angelina Sondakh saat masih menjabat sebagai anggota DPR. (Sumber: YouTube TRANS TV Official)
Dalam sebuah wawancara, Angelina Sondakh mengaku bahwa DPR di zamannya penuh dengan permainan kekuasaan, kepentingan pribadi, dan budaya politik yang kotor.
Pengakuan ini sontak membuat masyarakat penasaran ingin mengetahui lebih jauh bagaimana sebenarnya kondisi internal DPR pada masa itu.
Seperti diketahui, saat ini DPR tengah disorot masyarakat akibat besarnya tunjangan anggota dewan yang mencapai Rp 100 juta per bulan.
Belum lagi gaya komunikasi beberapa anggota DPR yang dinilai tidak mewakili suara rakyat.
Di tengah situasi itu, pengakuan Angelina Sondakh semakin menambah sorotan publik terhadap lembaga tersebut.
Dalam acara Rumpi No Secret yang dipandu Feni Rose, Angelina Sondakh awalnya ditanya soal pernyataannya yang pernah menyebut bahwa DPR di masanya "sangat kotor".
Ia pun menjawab dengan jujur bahwa yang ia maksud adalah permainan kekuasaan yang terjadi di balik meja rapat dan pengambilan keputusan.
"Ya karena ini saya ngomongin di zamannya saya ya, dan mungkin di lingkungannya saya. Karena kan DPR itu juga terbagi-bagi ya. Artinya, ada yang mungkin elit, ada yang mungkin yang… kayak di sekolahan gitu," ucap Angelina Sondakh.
Angelina juga menambahkan bahwa dirinya menyadari betapa dalamnya permainan tersebut setelah ia harus menjalani hukuman penjara akibat kasus korupsi.
"Oh, it's about games, it's about akrobatiknya orang, gitu kan. Karena kan itu juga aku mengetahui ketika aku akhirnya harus masuk penjara, terus aku melihat lebih daripada helikopter view, terus, 'Ya Allah, berarti dulu aku dibeginiin’."
Lebih jauh, Angelina Sondakh menegaskan bahwa DPR di eranya sangat sarat dengan kepentingan segelintir orang atau kelompok.
"Permainan kekuasaan, permainan kepentingan, nilai idealisme seharusnya untuk kepentingan rakyat, tapi di zamannya aku dan aku melihat kok jadi kepentingan segelintir orang dan segelintir kelompok saja. Ini sistem yang sudah ada dan menjadi budaya," tegas Angelina.
Ia mengakui bahwa uang dan jabatan menjadi candu yang membuat banyak orang, termasuk dirinya, terjerumus.
Dari seorang anggota biasa, Angelina naik menjadi ketua hingga wakil sekjen. Proses itu membuat dirinya kehilangan empati terhadap rakyat.
"Candu dan ketagihan, semakin banyak orang memberimu respek itu kita jadi kayak ‘ya aku butuh lebih, aku butuh lebih’. Dari yang awalnya itu cuma jadi anggota, terus aku jadi ketua, terus aku jadi wakil sekjen,” jelasnya.
Dalam pengakuannya, Angelina Sondakh menyoroti sisi manusiawi seorang pejabat publik yang sering kali kalah oleh ambisi pribadi.
“Jadi ternyata pergulatan mental dari seseorang yang diberi jabatan publik dan amanat publik itu ada pada dirinya sendiri. Aku dulu sangat tidak kuat. Namanya juga 27 tahun, masih punya banyak mimpi dan ambisi, akhirnya kehilangan kepekaan, kehilangan empati, kehilangan simpati terhadap rakyat,” ujar Angelina.
Pengakuan Angelina Sondakh soal borok DPR di zamannya menjadi refleksi keras bagi masyarakat dan para wakil rakyat saat ini.
Ia menunjukkan bagaimana ambisi, kekuasaan, dan uang bisa menjebak seorang pejabat hingga melupakan amanat rakyat.
Kisah Angelina Sondakh sekaligus menjadi peringatan bahwa lembaga DPR seharusnya berdiri untuk rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir pihak.
(anf)
Load more