Pemain Naturalisasi Ini Ungkap Tantangan Masuk Timnas Indonesia, Ternyata dalam Hal Bermain...
- PSSI
Jakarta, tvOnenews.com- Salah satu pemain naturalisasi di Timnas Indonesia pernah mengungkapkan adanya tantangan, selama berseragam merah putih.
- PSSI
Tantangan tersebut, mungkin jarang diketahui masyarakat awam. Namun, sangatlah terasa bagi Pemain naturalisasi atau yang baru bergabung ke Timnas Indonesia.
Pemain naturalisasi yang juga mualaf ini, sosoknya sungguh populer di kalangan suporter Timnas Indonesia.
Dengan begitu, kata Pemain naturalisasi ini ada hal yang perlu dipersiapkan untuk pemain baru Timnas Indonesia. Apakah itu?.
Katanya, ini bagian dari pengalamannya sebagai pemainnaturalisasi, sempat merasa syok di awal bergabung dengan Timnas Indonesia.
- PSSI
Pengalaman Awal Pemain Naturalisasi
Pemain naturalisasi sekaligus mualaf ini, bernama Ragnar Oratmangoen. Dalam ceritanya ia menjelaskan, yang ia rasakan bisa jadi catatan para pemain baru yang baru bergabung.
Pesan Ragnar Oratmangoen yang disapa Wak Haji itu, bisa jadi bekal Mauro Zijlstra. Sebab dia gadang bakal bergabung ke Timnas Indonesia.
Pemain mualaf Timnas Indonesia, Wak Haji menyebutkan tantangan ini bisa mempengaruhi ritme bermain dalam tim.
Berdasarkan pengalamannya, Ia pertama kali bergabung dengan Timnas Indonesia syok dengan gaya bermain bolanya.
Faktanya, gaya bermain di Indonesia dengan sepakbola Belanda berbeda jauh. Katanya, Timnas secara umum menggunakan umpan jauh.
Sehingga harus lebih 'kerja keras' dengan banyak lari. Itu harus berusaha cepat untuk penyesuaian diri.
"Di Belanda, semua orang ingin bermain sepak bola yang baik dari belakang,” ungkap penyerang Timnas Indonesia ini, dipodcast Youtube Soccer77, dikutip Selasa (15/7/2025).
“Di Indonesia, yang pertama kali dilakukan adalah kerja keras dan berlari dan tidak bermain bola seperti itu (operan pendek).” jelas Ragnar.
Pasalnya di Belanda kata Ragnar Oratmangoen lebih banyak memainkan umpan pendek. Hal inilah yang jadi tantangannya.
“Saat kalian tidak bisa bermain operan pendek, maka bermain operan panjang. Di Belanda, mereka tidak menyukai bermain dengan operan jarak jauh,” jelas Ragnar Oratmangoen.
Load more