tvOnenews.com - Belakangan ini, nama Gus Miftah atau Miftah Maulana kembali menjadi sorotan.
Kali ini, isu terkait asal-usulnya sebagai keturunan Kyai Ageng Muhammad Besari, tokoh besar yang dihormati di Ponorogo, menjadi pembicaraan publik.
Isu ini mencuat setelah sebuah video Gus Miftah yang dianggap mengolok-olok seorang penjual es teh viral di media sosial.
Pernyataan yang menyebut Gus Miftah adalah keturunan Kyai Ageng Muhammad Besari mendapat tantangan keras dari pihak keluarga besar Kyai Ageng.
Seorang keturunan kedelapan Kyai Ageng Muhammad Besari bahkan secara tegas menyatakan bahwa tidak ada nama Miftah Maulana dalam silsilah keluarga mereka.
Hal ini memicu perdebatan luas di masyarakat. Banyak yang mulai mempertanyakan klaim Gus Miftah, terutama karena latar belakang keluarganya yang diketahui berasal dari golongan petani dan pedagang sayur.
Di tengah sorotan tajam ini, Gus Miftah tak tinggal diam. Ia menyampaikan klarifikasinya secara langsung dalam sebuah pengajian akbar yang diadakan di Tegalsari, Ponorogo.
Dalam pengajian tersebut, Gus Miftah secara blak-blakan menyampaikan kekesalannya terhadap pihak-pihak yang mengaku sebagai keturunan Kyai Ageng Muhammad Besari, namun enggan berkontribusi dalam kegiatan keluarga besar.
"Aku itu sebel orang pada ngaku-ngaku cucunya Mbah Muhammad Besari, tapi kalau ada acara, modal aja enggak mau," ujar Gus Miftah di depan jamaah.
Tetapi harus dibuktikan melalui tindakan nyata, salah satunya dengan berkontribusi aktif dalam kegiatan keluarga atau masyarakat.
Ia menambahkan bahwa dirinya tidak terlalu mempermasalahkan jika tidak diakui sebagai keturunan Kyai Ageng Muhammad Besari, asalkan ia tetap bisa membantu dan berkontribusi untuk kepentingan bersama.
"Saya enggak perlu diakui cucu, enggak apa-apa, tapi kalau ada acara, aku bantuin," ungkapnya dengan nada tegas.
Namun, tidak berhenti di situ, Gus Miftah juga menyoroti perilaku sejumlah pihak yang, menurutnya, hanya memanfaatkan nama besar Kyai Ageng Muhammad Besari untuk keuntungan pribadi.
Ia mengkritik keras orang-orang yang enggan merawat makam Kyai Ageng, tetapi justru sibuk mencari keuntungan melalui cara yang dianggapnya tidak etis.
"Sekarang semuanya rebutan merasa cucunya Mbah Muhammad Besari, tapi enggak mau merawat makamnya Mbah Muhammad Besari, malah cari untung," katanya dengan nada kesal.
Ia mengungkapkan bahwa ada pihak-pihak yang kerap membuat proposal bantuan dengan dalih untuk perawatan makam Kyai Ageng Muhammad Besari.
Namun, hasil dari proposal tersebut, menurut Gus Miftah, sering kali tidak digunakan untuk kepentingan makam melainkan untuk hal lain yang tidak jelas.
"Bikin proposal ke sana-sini, tapi hasilnya nggak buat makam. Yang modelnya kayak gitu, jancuk banget," imbuhnya, tak segan menggunakan bahasa yang tegas.
Di tengah kontroversi ini, Gus Miftah juga menyoroti perannya dalam menjaga dan mempromosikan nama besar Kyai Ageng Muhammad Besari.
Ia menyebut dirinya kerap membantu menjaga kegiatan yang berkaitan dengan tokoh tersebut, baik secara moral maupun material.
Meskipun kontribusinya tidak selalu mendapat apresiasi, ia tetap berkomitmen untuk menjaga nama baik Kyai Ageng Muhammad Besari.
Bagi Gus Miftah, apa yang dilakukannya semata-mata merupakan bentuk pengabdian, bukan untuk mencari pengakuan.
Pernyataan Gus Miftah ini menyoroti isu yang lebih luas tentang bagaimana seseorang seharusnya menghormati leluhur dan tokoh besar.
Bukan hanya melalui klaim atau pengakuan, tetapi dengan tindakan nyata yang membawa manfaat bagi masyarakat. (adk)
Load more