Ia meyakini pengambilan pasir berlebihan dengan menggunakan backhoe akan mengundang awan panas.
"Bupati Sleman, Bupati Klaten, Bupati Magelang, dan Bupati Boyolali, Keempatnya ini harus bisa berpikir, Kalau tidak bisa memikirkan hal itu, maka akan diberi (pasir) tapi beserta awan panas, Itu pasti!," pesan Mbah Maridjan.
“Itu namanya merusak lingkungan, seumpama keempat bupati itu. Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Tidak mau mengusir backhoe selamanya, maka akan diberi (pasir) beserta awan panas. Itu perintah Eyang Merapi!,” pungkasnya.
Setelahnya 4 tahun kemudian, gunung merapi mengamuk dengan mengalami erupsi yang cukup besar. Bahkan, letusan yang menjadi sejarah kelam masyarakat Indonesia tersebut merupakan letusan terbesar dan lebih dari letusan yang pernah terjadi pada 1872.
Letusan gunung merapi diawali suara gemuruh dari arah puncak Merapi, lalu diikuti hujan abu, pasir dan kerikil.
Diketahui, imbas erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 itu menewaskan lebih dari 333 jiwa, termasuk Mbah Maridjan, hingga puluhan ribu orang mengungsi.
Sekedar informasi, Mbah Maridjan pernah mendapat penghargaan dari Shining World Hero dari Supreme Master Ching Hai International Association, karena kepahlawanan dalam usaha menyelamatkan korban erupsi Merapi.
Beberapa fakta yang dilihat dari ganasnya letusan gunung Merapi, dapat dikunjungi salah satunya di Museum yang terletak di Yogyakarta, yakni Museum Sisa Hartaku.
Load more