Jakarta, tvOnenews.com – Kontroversi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun masih terus memanas hingga saat ini (10/07/2023).
Belakangan bermunculan beberapa tokoh agama yang memberikan komentarnya terhadap pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang.
Selain Habib Bahar bin Smith ada beberapa tokoh ulama lain yang turut bersuara menyangkut Ponpes Al Zaytun, di antaranya Novel Bamukmin, selaku Wasekjen PA 212, serta M. Najih Arromadloni, selaku pemerhati pesantren.
Dalam program Catatan Demokrasi tvOne, kedua sosok tersebut memberikan pendapatnya mengenai Panji Gumilang.
Menurut Novel Bamukmin Ponpes Al Zaytun masuk dalam kategori sesat. Hal ini lantaran ada 16 poin kesesatan yang menurutnya telah ditunjukkan oleh Panji Gumilang, pemimpin Ponpes Al Zaytun.
“Bahwa penyataan sikap 3 pilar Front Pembela Islam, PA 212, dan GNPF Ulama itu yaitu sikap kami tegas bahwa tangkap Panji Gumilang dan bubarkan Al Zaytun,” ungkap Novel Bamukmin dengan tegas dalam acara Catatan Demokrasi tvOne (5/7/2023).
Beberapa kesesatan Panji Gumilang menurut poin-poin tersebut adalah mencampur laki-laki dan perempuan dalam satu shaf salat berjamaah, mengajarkan tata cara adzan yang tidak sesuai petunjuk nabi SAW, mengajarkan nyanyian salam Yahudi, memperbolehkan zina ditukar dengan uang, dan lain-lain.
Bukan hanya Novel Bamukmin, pemerhati pesantren M. Najih Arromadloni, juga memberikan pendapatnya mengenai Panji Gumilang.
M. Najih Arromadloni menyebut bahwa menafsirkan Al Qur’an tidak boleh sembarangan. Hal ini lantaran dalam menafsirkan Al Qur’an ada kaidah tafsir tersendiri yang perlu diikuti.
“Menafsirkan Al Qur’an itu nggak bisa sembarangan karena ada kaidah-kaidah tafsirnya,” ungkap M. Najih Arromadloni pada tvOne (4/7/2023).
Najih juga mengatakan bahwa Nabi SAW sudah memberikan ancaman terhadap orang yang menafsirkan Al Qur’an dengan nafsunya. Ia menyebut bahwa nabi menyebut bahwa barangsiapa yang menafsirkan Al Qur’an dengan nafsunya maka tempatnya adalah neraka.
“Panji ini seneng sekali menafsirkan Al Qur’an dengan nafsunya. Contoh misalnya dia mengatakan bahwa wanita itu tidak harus dinikahi yang penting adalah digauli dengan baik. Katanya itu dari Al Qur’an karena di Al Qur’annya wa 'aasyiruuhunna bil ma'ruuf, padahal ayat ini berlaku untuk yang sudah suami istri,” ungkap M. Najih Arromadloni.
(Lsn)
Load more