Jumhari juga mengungkap rasa bangganya terhadap komunitas sanggar yang dibangun oleh anak-anak milenial. Komunitas ini juga terbentuk atas dasar kesadaran dalam melestarikan kebudayaan Joget Dangkong hingga Dangkong tetap tegak di tengah badai moderenisasi.
Jumhari juga menambahkan bahwa di Karimun itu sendiri sudah tercipta ekositem kebudayaan dua arah, antara palaku sanggar salah satunya Angsana Dance dan masyarakat yang apresiatif. Itu menjadi modal kuat untuk memajukan warisan budaya tak benda Joget Dangkong.
Selain Angsana Dance dari Karimun, Bertandak Dangkong 2024 kali ini juga melibatkan komunitas sanggar yang lebih luas di antaranya:
Orkes Melayu Tun Harmoni (Karimun)
Sanggar Baswara (Karimun)
Sanggar Mawar Tanjoeng (Tanjung Batu)
Dian Dancers (Singapura)
Sanggar Seni Kledang (Tanjung Pinang)
Sanggar Seni Nusa Kirana (Palembang)
Jegeg Gayatri (Bali)
Sanggar Seni Sirih Junjung (Bintan)
Wan Dance Studio (Pekanbaru)
Dansa Fusion (Malaysia)
PLS. Saujana Madani (Karimun)
Sanggar Seni Langgam Selatan (Lingga) Sanggar Tuah Betung (Dumai)
Bertandak Dangkong 2024 ini juga ikut mengenang maestro Dangkong dari Pulau Moro yaitu Mak Long yang sampai saat ini melalui karyanya berkontribusi besar untuk pelestarian kesenian Dangkong.
Load more