Tubuh Gemuk tapi Kolesterol Normal Bukan Berarti Aman dari Risiko Penyakit, Begini Penjelasan Dokter
- Gemini AI
tvOnenews.com - Banyak orang beranggapan bahwa jika hasil tes kolesterol menunjukkan angka normal, maka kondisi tubuh mereka aman, meskipun memiliki berat badan berlebih.
Namun, anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya benar. Menurut penjelasan dr. Hans Tandra, tubuh gemuk dengan kolesterol normal tetap berisiko tinggi terkena penyakit serius seperti jantung, stroke, diabetes, dan bahkan kanker.
Dalam tayangan di kanal YouTube Good Talk TV, dr. Hans menjelaskan bahwa kolesterol normal bukan berarti tubuh terbebas dari bahaya lemak.
Banyak orang gemuk yang hasil pemeriksaan darahnya menunjukkan kadar kolesterol dan LDL normal, tetapi justru menyimpan lemak dalam jumlah besar di dalam rongga perut, lemak jenis ini dikenal sebagai lemak viseral (visceral fat).
“Ada orang gemuk diperiksa kolesterolnya baik ya. Karena kalau diperiksa apa? Gemuknya dalam perutnya diperiksa, cek darah gak ada kolesterol. Kolesterol baik-baik aja, LDL-nya gak tinggi. Ada yang begitu ya. Tapi biasanya kalau dokter katakan ini aman-aman aja lalu dibiarkan, itu enggak baik,” ujar dr. Hans.
Menurutnya, lemak di perut adalah pabrik inflamasi yang berbahaya bagi tubuh.
Walau tidak terlihat secara kasat mata seperti lemak di bawah kulit, lemak viseral justru jauh lebih berbahaya karena menumpuk di sekitar organ vital seperti hati, pankreas, dan usus.
Lemak ini bisa memicu peradangan (inflamasi) kronis yang menjadi awal mula berbagai penyakit degeneratif.
"Lemak yang di perut yang besar itu biasanya pabriknya lemak di situ. Sebentar lagi kolesterol naik. Tapi kalau tidak kolesterol tidak naik bagaimana? Perut yang besar tetap pemicu daripada inflamasi,” lanjut dr. Hans.
Ia menegaskan bahwa pemeriksaan kolesterol darah tidak selalu bisa mendeteksi bahaya lemak viseral.
Seseorang bisa saja memiliki hasil kolesterol normal, tetapi tubuhnya menyimpan lemak dalam jumlah besar di bagian perut.
Lemak tersebut tidak hanya membuat perut buncit, tetapi juga menjadi penyebab utama terjadinya resistensi insulin, yaitu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.
"Periksa darah kolesterol bagus tapi insulin resistance. Anda bisa cek insulin, bisa cek HOMA-IR atau HOMA-B, itu biasanya akan terganggu. Insulin resistance terjadi maka inflamasi. Inflamasi hati-hati, gampang stroke, gampang jantung, gampang obesitas dan diabetes,” jelas dr. Hans.
Resistensi insulin ini kemudian memicu peradangan menahun (inflamasi kronis) yang berdampak pada banyak bagian tubuh.
Akibatnya, seseorang lebih rentan mengalami penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis), gangguan autoimun, bahkan meningkatkan risiko kanker.
“Radang menahun itu memicu pengapuran pembuluh darah di mana-mana. Jadi walaupun kolesterolnya bagus, tetap bahaya. Karena sumber inflamasi tetap ada di lemak perut,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Hans juga menyoroti pentingnya mengontrol lingkar perut sebagai indikator kesehatan metabolik.
Ia menyebutkan bahwa lingkar perut yang melebihi batas normal merupakan tanda adanya penumpukan lemak viseral yang harus segera diwaspadai.
“Ingat rumus 32–36. Untuk wanita, lingkar perut jangan lebih dari 32 inci atau 80 sentimeter. Untuk pria, jangan lebih dari 36 inci atau 90 sentimeter. Kalau lebih dari itu, cepat bertindak, cepat diperbaiki,” tutur dr. Hans.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa penurunan berat badan tetap perlu dilakukan, meskipun hasil tes darah menunjukkan kolesterol yang baik.
Sebab, faktor risiko penyakit kronis tidak hanya ditentukan oleh kadar kolesterol, melainkan juga oleh jumlah dan distribusi lemak di tubuh.
Menurut dr. Hans, perubahan gaya hidup seperti mengatur pola makan sehat, menghindari gula berlebih, memperbanyak konsumsi serat, dan rutin berolahraga adalah kunci utama untuk menurunkan kadar lemak viseral dan menjaga metabolisme tetap seimbang.
"Walaupun kolesterol baik, harus kuruskan. Turunkan berat badan sampai normal. Karena lemak di perut itu sumber penyakit. Kalau dibiarkan, cepat atau lambat akan muncul komplikasi,” ujarnya lagi.
Penjelasan dr. Hans ini menjadi pengingat bahwa angka kolesterol normal tidak selalu berarti aman.
Pemeriksaan darah hanyalah salah satu cara melihat kondisi kesehatan, sedangkan faktor lain seperti lingkar perut, kadar gula darah, dan sensitivitas insulin juga harus diperhatikan secara menyeluruh agar risiko penyakit kronis dapat diminimalkan. (adk)
Load more