Lebih lanjut, Mark Mattson, Kepala Laboratorium Ilmu Saraf Johns Hopkins School of Medicine juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang melakukan intermittent fasting membuat pembakaran kalori tubuh lebih efisien.
Hal ini karena puasa intermittent membuat tubuh seperti dalam kondisi berolahraga dan membuat tubuh mengambil energi dari lemak alih-alih dari cadangan energi yang disimpan di liver.
Mattson juga menjelaskan beberapa metode yang aman dan nyaman untuk melakukan ini. Salah satunya adalah dengan metode 5:2, dimana dalam dua hari (entah selang-seling atau berurutan) pelaku intermittent fasting harus mengurangi asupan kalori.
Ia menyarankan maksimal hanya mengonsumsi 500 kkal. Asupan kalori ini dapat berasal dari lemak atau protein seperti telur, ikan, dan kacang-kacangan. Sangat disarankan juga untuk mengurangi atau bahkan tidak mengkonsumsi karbohidrat sama sekali selama dua hari ini.
Namun demikian, secara keilmuan intermittent fasting ini belum banyak diteliti secara mendalam. Jadi belum dapat dipastikan apakah ada risiko jangka panjang saat menjalani gaya hidup seperti ini.
Puasa intermittent ini tentu akan lebih mudah dilakukan usai momen bulan suci Ramadhan karena tubuh sudah terbiasa berpuasa. Melakukannya pada momen ini juga akan menghindarkan gejala lapar dan gelisah berlebih yang biasa muncul pada masa awal-awal berpuasa. (afr)
Load more