Namun Sri Mulyani mengungkapkan lantaran SBN Indonesia yang dipegang oleh asing saat ini hanya memiliki porsi 15,57 persen, pengaruh modal asing keluar menjadi relatif bisa diminimalkan, meski tetap terpengaruh. Adapun perbankan dan Bank Indonesia masih mendominasi kepemilikan surat utang negara saat ini.
Jika dibandingkan dengan tahun 2019 saat asing masih memegang 38 persen SBN RI, dampak guncangan aliran modal asing keluar akan jauh lebih besar. Dengan demikian, pendalaman pasar keuangan sangat diperlukan untuk stabilisasi pasar keuangan di Tanah Air.
"Makin banyak orang Indonesia yang berinvestasi SBN, pasar keuangan domestik semakin dalam dan tebal sehingga kalau terjadi guncangan seperti sekarang maka guncangan itu relatif tidak menimbulkan gelombang yang besar bagi instrumen keuangan kita. Ini pekerjaan rumah yang akan terus dilakukan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan," kata Sri Mulyani.
Di sisi lain ia mengatakan spread atau jarak SBN RI dengan obligasi AS relatif terjaga di level 433 basis poin (bps)atau semakin menyempit dibandingkan pada awal tahun 2022 yang sebesar 473 bps, di tengah pasar keuangan yang volatil. (ant/ito)
Load more