Dibayar Rp350 Miliar, CEO Baru Boeing Hadapi Ujian Pertama di Tragedi Dreamliner
- Boeing
Jakarta, tvOnenews.com – Dunia menyorot Boeing bukan hanya karena tragedi jatuhnya Dreamliner di India, tapi juga karena sosok penting yang kini duduk di pucuk pimpinan: Robert “Kelly” Ortberg. CEO anyar yang diharapkan membawa angin segar, kini justru harus mengawal Boeing dari titik kritis baru.
Ortberg resmi menjabat sebagai President & CEO Boeing pada 8 Agustus 2024. Berbekal pengalaman lebih dari 35 tahun di industri dirgantara, termasuk saat memimpin Rockwell Collins dan meleburkannya ke dalam United Technologies (kini RTX), Ortberg dikenal sebagai ahli manajemen krisis. Namun tragedi Dreamliner membuat bulan-bulan awalnya berubah jadi medan perang reputasi.
Diangkat untuk Selamatkan Boeing
Dewan direksi Boeing menunjuk Ortberg bukan tanpa alasan. Ia disebut punya keahlian mendalam dalam manajemen rantai pasokan dan mampu memperbaiki hubungan yang tegang dengan para pemasok Boeing akibat kebijakan “Partnering for Success” yang kontroversial.
Di tengah kerugian Boeing senilai US$ 14 miliar pada 2024 dan tekanan regulator, Ortberg digadang mampu memulihkan budaya perusahaan yang selama ini dikritik dingin dan birokratis.
Ia disebut ingin mengembalikan Boeing ke "akar tekniknya", sembari menjaga agar jalur produksi tetap berjalan dan kualitas tetap dijaga—target ambisius di tengah badai kepercayaan publik.
Gaji Selangit, Tanggung Jawab Berat
Ortberg dibayar mahal untuk tugas besar ini. Dalam lima bulan pertamanya sebagai CEO Boeing, total kompensasi yang ia terima mencapai US$ 18,4 juta atau sekitar Rp300 miliar, terdiri dari:
-
Gaji pokok pro-rata: US$ 525.000
-
Bonus tunai penerimaan (joining bonus): US$ 1,3 juta
-
Insentif ekuitas: Sekitar US$ 16 juta, yang akan dicairkan secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan
Untuk tahun penuh 2025, paket kompensasinya diproyeksikan mencapai hingga US$ 22 juta, meliputi:
-
Gaji pokok tahunan: US$ 1,5 juta
-
Target bonus kinerja tahunan: Hingga US$ 3 juta
-
Pembayaran tunai Desember: US$ 1,25 juta
-
Insentif ekuitas tahunan: US$ 17–20,5 juta
Bukan hanya penghasilan tahunan, kekayaan pribadi Ortberg juga mencolok. Pada pertengahan 2025, net worth-nya diperkirakan antara US$ 26 juta hingga US$ 32 juta, sebagian besar berasal dari:
-
Kepemilikan sekitar 129.120 saham RTX senilai US$ 17,9 juta
-
Saham warisan dari Rockwell Collins senilai sekitar US$ 13 juta
Dengan angka-angka ini, Ortberg bukan sekadar CEO dengan latar belakang teknik, melainkan figur dengan ekspektasi besar—baik dari Wall Street maupun dari regulator internasional. Namun di tengah tragedi dan kritik tajam terhadap keselamatan penerbangan, pertanyaan yang muncul bukan soal berapa ia dibayar—melainkan sejauh mana ia bisa mengembalikan martabat Boeing.
Antara Harapan dan Kenyataan
Ortberg membatalkan kehadirannya di Paris Air Show demi fokus pada penyelidikan kecelakaan Dreamliner—tindakan yang disambut positif, namun juga menandakan betapa gentingnya situasi internal perusahaan. “Keselamatan adalah fondasi industri ini,” tegasnya dalam pesan internal.
Namun publik belum sepenuhnya percaya. Posisi Boeing masih terpuruk di peringkat 88 dari 100 merek korporat terkemuka AS dalam survei reputasi terbaru. Dan meski para analis menyebut tidak ada dampak jangka panjang pada produksi, tekanan terhadap jalur manufaktur dan kualitas dipastikan membesar.
Kini, dunia menanti apakah CEO dengan kompensasi mewah ini mampu menavigasi Boeing keluar dari badai—atau justru menjadi saksi atas babak baru keterpurukan raksasa langit ini. (nsp)
Load more