Investor Wait and See, BPS Ungkap Pertumbuhan Investasi RI Melambat Tajam Awal 2025
- tvOnenews.com
Jakarta, tvOnenews.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa sikap investor yang cenderung menahan diri akibat ketidakpastian ekonomi global berdampak pada perlambatan investasi di Indonesia.
Salah satu indikator yang terdampak adalah pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan I 2025, yang hanya naik sebesar 2,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka ini menunjukkan bahwa investor masih bersikap hati-hati dan menunggu perkembangan kondisi global sebelum mengambil keputusan investasi besar.
Fenomena ini jadi salah satu sinyal bahwa faktor eksternal terus memberi pengaruh signifikan terhadap iklim investasi nasional, terutama di awal tahun yang memang kerap ditandai dengan aktivitas ekonomi yang belum maksimal.
Pertumbuhan PMTB itu, tercatat lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2024 yang tumbuh 5,03 persen yoy, dan juga lebih rendah dari triwulan I 2024 yang mencapai 3,78 persen yoy.
"PMTB relatif melambat karena investor kemungkinan masih wait and see dengan perkembangan ekonomi global dan biasanya memang awal tahun juga relatif tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan kuartal-kuartal berikutnya," kata Amalia di Jakarta, Senin (5/5/2025).
Ia menambahkan bahwa dari sisi pertumbuhan triwulanan (quarter-to-quarter/q-to-q), pelemahan PMTB disebabkan oleh penurunan permintaan di seluruh jenis barang modal.
Meski begitu, secara tahunan PMTB masih menunjukkan pertumbuhan positif, terutama ditopang oleh peningkatan impor barang modal seperti mesin dan kendaraan.
Amalia menjelaskan bahwa beberapa subkomponen PMTB masih menunjukkan performa yang solid, terutama mesin dan perlengkapan serta kendaraan bermotor.
Selain itu, sektor konstruksi bangunan gedung juga masih mengalami pertumbuhan, meskipun dengan laju yang lebih moderat.
"Mesin dan perlengkapannya tumbuh positif sekitar 7,95 persen (yoy) dibandingkan dengan kuartal I 2024. Nah, bangunan ini (tumbuh) relatif melambat 1,35 persen (yoy)," ujarnya.
Ia menilai bahwa meskipun ada perlambatan di sejumlah subkomponen, kondisi ini masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa periode sebelumnya. Sebagai contoh, pertumbuhan PMTB pada triwulan I 2023 hanya mencapai 1,53 persen yoy.
Amalia juga mengingatkan bahwa selama masa pandemi 2020, kontraksi PMTB jauh lebih tajam. Pada kuartal II 2020, PMTB sempat terkontraksi hingga -8,61 persen yoy, lalu -6,48 persen yoy pada kuartal III, dan -6,15 persen yoy pada kuartal IV.
Load more